Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Sanggupkah Menjemput Maut?

Diperbarui: 30 Mei 2020   05:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Menyambung hidup" itulah kata yang pantas digunakan saat itu. Demi merubah nasib sebagaimana yang Allah sampaikan pada firman-Nya.
 
  Artinya: "Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia" (QS Ar-Ra'd: 11).

Aku mengendarai sepeda motor seusai pulang dari kebun,  dengan berat hati kutinggalkan ayah ibu dan melaju perlahan.

Hatiku mulai bimbang,  apakah gerangan yang terjadi.  Gelisah hati semakin kacau,mengerutkan alis dikeningku.

"ya Allah,  Pertanda apakah ini? " Aku membatin.

Separuh perjalanan telah berlalu,  aku dan mak kul merasa ada yang tidak beres dengan kendaraan kami.  MasyaAllah,  ternyata bannya kempes.

Hatiku masih saja diliputi kecemasan,  seolah ada hal lain yang sedang menanti perjalanan kami. "Ya Rabb,  tenangkanlah hati yang bergemuruh tidak menentu ini."pintaku pada Pencipta Makhluk.

Kami telah memilih untuk lanjutkan perjalanan,  ya memang rumah kami masih jauh bermil-mil dan harus melewati hutan yang penuh dengan kabut tebal,sedia menanti di ujung pandang kala itu.

Sore itu,  hampir menjelang maghrib. Aku berharap kami tiba dirumah tepat sebelum Adzan berkumandang.

Namun,  Allah berkata lain.  Ia memberiku kesempatan yang begitu mulia untuk kembali.  Benar kembali pada-Nya.

"Maka segera berlarilah kalian (kembali) menuju Allah. Sungguh aku (Rasul) seorang pemberi peringatan yang nyata dari-Nya bagi kalian." (adz-Dzaariyaat: 50)

Belum sempat memasuki hutan yang lebat, dikejutkan dengan suara sereten besi yang berasal dari ban belakang sepeda motor yang kami kendarai. Aku dan mak kul bergegas turun,  dan memeriksa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline