Lihat ke Halaman Asli

Pesta Makna dan Berkah Sepuluh Muharam

Diperbarui: 21 September 2018   00:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu (saya memanggilnya: Emmaq) telah berpesan via telepon sejak dua hari lalu: "kamis lusa belilah perlengkapan rumah tangga: timba, gelas,  wajan dan sejenisnya. Sebisa mungkin yah, bila tak sempat, beli garam sajalah," kata Emmaq serius.

Di siang terik hari ini (Kamis: 10 Muharam) saat melintas depan pasar senggol di bilangan Cendrawasih kota Makassar,  saya tercengang melihat keramaian di suatu toko yang menjual alat rumah tangga. Barang jualan dipajang hingga ke pelataran toko.  Gelas-gelas putih, panci, dan segala rupa. Seperti kata Emmaq, ini hari istimewa untuk membeli barang-barang keperluan dapur.

Demi memastikan seperti apa hirup-pikuknya, saya mampir sejenak.  Tak lebih dari lima menit. Saya melihat orang-orang bergairah  memborong belanjaan dari yang sekadar membeli parut dan cangkir, hingga yang membeli segalanya.  

Jalan raya cukup sesak sebab jumlah pembeli terus bertambah. Apalagi  barang dagangan itu sengaja ditumpuk secara massif dan para pembeli diberi kebebasan memilih sendiri sesuai keinginannya.  Suasana ini berlangsung sangat meriah dan penuh khidmat.  Sepuluh Muharam,  sebuah hari pengharapan. 

img-20180920-231947-jpg-5ba3bb0dc112fe1b433d25f4.jpg

Tradisi membeli perlengkapan dapur hanyalah satu diantara banyak kebiasaan lainnya. Di beberapa daerah momen bulan Muharam alias bulan suro dijuluki bulan keramat.  Konon, akan banyak kejadian-kejadian mistis, sehingga ada yang menganjurkan untuk serba waspada saat beraktivitas utamanya berkendara.

Maka,  ada pula yang merayakannya dengan membuat acara 'makan-makan' alias syukuran keluarga. Doa-doa dipanjatkan disertai harapan akan kehidupan yang lebih baik.

Apa pun itu, hari ini adalah momen penuh makna.  Orang Bugis-Makassar meyakini bahwa ada pesan tersirat di balik benda-benda yang dibeli di momen sepuluh Muharam. Pisau dan benda-benda tajam sejenisnya agar urusan duniawi semakin lancar.  Timba sebagai simbol kelancaran rezeki yang melimpah. Makna-makna dibalik perlengkapan dapur diyakini membawa perubahan dan kebaikan-kebaikan.

Oleh sebagian orang, kepercayaan  yang sudah membudaya di atas hanyalah mitos-mitos yang dipelihara.  Bahkan boleh jadi dianggap bid'ah bagi kelompok tertentu. Tetapi, sebagai sebuah budaya yang dibangun di atas pondasi keyakinan, kebiasaan semacam ini layak diapresiasi sebagai sebuah momentum istimewa.  

Sebuah hari dimana benda-benda dipersonifikasikan dengan makna-makna.  Sudah sepatutnya kita berlakon seperti ini. Belajar memaknai sebagai sarana menjadi manusia paripurna. 

Kata Robert Stanton (pemikir sastra), pengalaman berkaitan dengan dua dimensi: satu dimensi adalah fakta dan makna pada dimensi lainnya.  

Kehidupan ini berlalu begitu cepat dan tak kuasa oleh waktu. Hal-hal yang sifatnya faktual akan terseret oleh waktu. Sebagian diselamatkan oleh ingatan karena menjadi sejarah dan masa lalu. Tak ada yang tersisa sedikit pun. Pada akhirnya semua yang berlalu hanya menjadi kenangan.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline