Lihat ke Halaman Asli

Flowers Rich of Love: Prologue

Diperbarui: 29 Maret 2016   16:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image Source: Google

Pogung Baru, Jogja

Jam 7 pagi tiba-tiba smartphone ku bergetar karena ada pesan singkat yang masuk. Ternyata pesan dari ibuku. “nak, jangan lupa ke suster Maria yah di asrama susteran belakang Panti Rapih. Inget titipan mama kmrn yah tolong di sampaikan ke suster Maria yah nak.” Kurang lebih begitu pesan singkatnya. Suster Maria adalah mantan walikelas ibuku sejak SD kelas 4 sampai SMA di Jakarta dulu. Sekarang umurnya sudah mencapai 90 tahun dan tinggal di asrama susteran Carolus Boromeus di belakang Rumah Sakit Panti Rapih. Ibuku sering menjenguknya ketika datang ke Jogja. Ibuku adalah murid favoritnya suster Maria makanya hubungan mereka sangat erat sekali. Aku belum pernah bertemu suster Maria sebelumnya. Tapi kebetulan hari Rabu aku tidak ada kuliah jadinya aku menyempatkan menjalankan amanah dari ibuku yang ada di Jakarta.

Hmmm aku mulai berpikir masak cuman mengantarkan titipan ibuku saja tanpa buah tangan lainnya? Sepertinya ada yang kurang begitu. Sebelum ke tempat suster Maria, aku sarapan di soto langganan dekat kosanku. Di tempat soto tersebut ada bunga yang menjadi hiasan. Bunga?!? Kenapa tidak bunga saja yah agar bisa menjadi hiasan di kamarnya suster Maria. Okelah aku beli bunga aja! Yang dikit dari sini dimana yah? Hmmm oiya di Monjali ada!

Setelah menyantap habis soto pesananku, aku langsung pergi ke monjali tak lupa membayar sotonya dulu hehehe. Ngeeeng sampe monjali bingung banyak toko bunga disana. Cari yang toko agak gede ahh agar milih bunganya lebih banyak. Akhirnya aku berhentikan motor ku di depan suatu toko bunga yang luamayan besar. Dari luar sudah banyak di pajang bunga-bunga dari bermacam jenis dan cantik rupawan bentuknya.

 Aku melangkah masuk ke toko tersebut. Tapi di pagi menjelang siang itu lumayan sepi. Toko-toko sekitar nya juga baru buka dan menata bunga-bunga indah yang menjadi produk unggulan setiap toko bunga di sekitar monjali. Akhirnya aku masuk ke toko bunga tadi. Tapi tidak ada orang sama sekali. Mungkin yang punya toko atau yang jaga toko tersebut itu sedang ada di belakang atau berada di tempat lain. Aku jadi ingat sewaktu aku masih kecil ketika bermain sama Pandi sahabatku dari kecil sampai sekarang saat kita ingin beli layangan di sebuah warung tidak ada yang jaga akhirnya kita putuskan untuk teriak “BELIIII BELIII”

Masa-masa waktu itu sangat indah isinya hanya bermain dan makan saja. Inget waktu kita ngadu layangan sama anak tetangga sebelah yang akhirnya kami menjadi pemenang hehe. Karena layangan kami memakai benang gelas jadinya tajam dan mantap hehehe. Aku masih ingat anak tetangga itu akhirnya menangis dan pulang ke rumah. Layangannya putus tp akhirnya Jadi rindu masa-masa itu . Eh kok malah ngelamun? Hehehe. Akhirnya aku sedikit teriak  “BELIII BELIII!!” aku sedikit malu karena inget sewaktu bocah hehe. Tak lama terdengar suara dari belakang pintu kasir “Iyaaa sebentaaar!” sambil terdengar suara langkah kaki yang sedang berjalan cepat. “Mau beli bunga apa mas?” Aku pun terkejut!

 

“Mau beli bunga apa mas?” Aku pun terkejut!

Mukaku sedikit terkejut tapi aku mencoba bertingkah normal walaupun aku merasa aneh saat itu. “Pagi mas mau beli bunga apa?” tanya dia. Aku masih sedikit bengong dan mengkedap-kedipkan mataku. Aku ga nyangka banget deeeh. Hayoo tebak apa yang terjadi hayooo tebaak! Simpel sih, yang jualan cantik banget hehe. “Mas? Kok diem aja? Hihihi” tanya seorang gadis penjual bunga itu. Gadis itu ramah sekali padaku, cantik putih dan anggun khas gadis Jogja. Tingginya mencapai 170cm rambutnya terurai panjang dan sedikit bergelombang. Senyumnya manis semanis gudeg Jogja. “eh maaf mbak hehe. Ummm saya mau beli bunga tapi...... bagusnya bunga apa yah mbak?” tanyaku sambil dag dig dug jrengg. “mas nya beli bunga buat pacarnya yah? Hayooo hehhe. Untuk siapa bunganya mas nanti saya carikan yang pas” jawab gadis bunga itu. “waduh saya ga punya pacar mbak(ngomong dalam hati: Kalo mbak mau jadi pacarku juga gapapa sih hehe). Bunga ini buat nenek saya mbak yang bagus apa yah? Saya ga pernah beli bunga sebelumnya hehe” kata ku sambil senyum. “hahaha boong dosa loh mas hihih” jawabnya sambil tersenyum. “Kalo begitu bagus bunga yang ini, ini dan itu mas kalo di gabungin pasti bagus deh mas. Percaya sama saya” Jawabnya sambil senyum. Ya Allah senyumnya manis banget ga kuat ga kuat hehe. “Oke mbak saya mah percaya aja kurang ngerti sama bunga bungaan hehe” jawab ku sambil ketawa cengengesan. “mas total nya jadi tigapuluh ribu yah. Silahkan ini bunganya mas!” jawabnya sambil tersenyum. “Makasih yah mbak! Waah bunganya kerennn banget ada warna merah, putih dan yang ini lucu banget deh. Bunga nya cantik banget kayak.........” aku diam sebentar. Tiba-tiba gadis itu bertanya padaku “kayak apa mas?”tanyanya sambil sedikit senyum.

“kayak........ kayak........ kayak mbaknya”

waduh aku keceplosan gombal hehehe. “hahah masnya bisa aja makasih banyak loh mas” jawab gadis itu sambil merapikan rambutnya kebelakang telinga dan sedikit malu.

“Masnya kuliah di Teknik Mesin UGM yah. Angkatan berapa?” tanya gadis itu dengan penasaran. “Eh iyaa mbak. Angkatan 2014, ada apa emang?” tanya ku penasaran. “Rapopo mas. Cuman tanya aja” jawabnya sambil tersenyum. Kok dia tau aku kuliah di teknik mesin ugm? Ahhh mungkin stiker di motor ku. Aku memang sengaja memasang stiker logo Mesin UGM pada bagian belakang motorku. Aku langsung bergegas ke asrama Carolos Boromeus untuk bertemu suster Maria. Jalanan Jogja siang ini lumayan padat dan panas banget. Kurang lebih 15 menit dari monjali aku sudah sampai di asrama tersebut.

Asrama ini sepertinya buatan Belanda. Karena jendelanya masih lebar-lebar dan arsitektur nya khas Belanda banget. Aku memasuki ruang tamu asrama itu. Asrama itu sedang sepi tetapi terlihat beberapa tamu yang ingin atau ada urusan dengan suster yang ada disana. Aku menunggu giliranku dari penjaga wanita asrama tersebut. Terlihat penjaganya masih melayani bapak-bapak yang sepertinya ada urusan serius dan memakan waktu lama. Aku melihat sekelilingku dari kursi kayu beralas rotan dan bermeja besar. Ruang tamu itu di dominasi oleh warna coklat. Di dinding sebelah kanan terlihat patung Yesus Al Masih. Dan dinding sebelah kiri terlihat foto-foto suster yang tinggal di asrama itu. Tak lama keluar seorang suster yang sudah sepuh menggunakan tongkat berjalan. “Suster!! Apa kabar? Kita kangen sama suster” seru ibu-ibu dan seorang gadis di sebalah kanan ruang tamu. Mereka menjenguk salah satu suster disana. Tak lama penjaga asrama tersebut datang kepadaku

“mas, ada yang bisa saya bantu? Mau bertemu dengan suster siapa?”

“Oh iya bu, saya mau bertemu suster Maria. Ada titipan dari ibu saya” kataku singkat. “Oh iya tunggu sebentar yah mas” jawab ibu penjaga asrama. Penjaga asrama itu langsung bergegas ke kamar suster Maria. Selang 10 menit akhirnya penjaga asrama itu balik ke ruang tamu. “maaf mas, suster Maria lagi sakit. Kemarin abis jatuh dari kamar mandi sekarang terbaring di kamar dan tidak bisa ditemui. Masnya anak bu Lya yah? Barang titipannya bisa di titipin disini dan ini kertas kalo mas ingin nulis untuk suster Maria” jawabnya.

“tapi bu apakah saya boleh bertemu dengan suster Maria sebentar saja. Tolong yah buu. Bentar saja. Tidak sampai 3 menit buu”

debat aku dengan sedikit memaksa.

“tapi mas, suster Maria sedang tidak memakai seragam susteran mas. Ga boleh sembarang orang datang ke kamarnya” tangkas penjaga asrama tersebut. “Mohon ijinnya bu. Sebentar saja tidak sampai 3 menit bu. Hanya ingin menyapanya. Ini amanat ibu saya yang di Jakarta” kataku dengan memaksa. Dengan kata-kata ku yang sedikit memaksa dan  persuasif akhirnya aku di ijinkan untuk menjenguk suster Maria di kamarnya dengan di temani penjaga asrama tersebut.

“Halo suster Maria! Selamat siang” sapa aku dengan penuh senyum. Terlihat wanita berumur 90 tahun sedang berbaring di kasurnya. “Waaah mas! Anaknya Lya yah? Ganteng badannya gede! Lya kasih makan apa aja ke kamu kok badannya gede keker? Hehhe” tanya suster Maria dengan ramah. Ini kali pertama aku bertemu suster Maria. Orangnya ramah sekali kepadaku. “Waduuh mas kok repot-repot? Sampai beliin bunga buat suster? Bunga cantik, manis dan harum! Suster suka banget sama bunganya! Mbak, tolong ambilin vas bunga yah, nanti tolong di pajang di depan meja” kata suster Maria dengan gembira sekali. “Namamu siapa mas? Kok ganteng banget?” tanya suster Maria dengan ramah. “saya Dyo, suster” jawab aku dengan senyum. “suster minta nomer telfon kamu donk mas. Mbak minta kertas yah buat Dyo nulis nomer telfonnya di kertas”

Sesuai janji ibu penjaga asrama, aku tak boleh berlama-lama. “Suster sekarang istirahat yaah aku pamit dulu. Ga boleh lama-lama sama ibu penjaga asrama hehhe” jawabku sambil sedikit tertawa. “Baiklah, makasih banyak yah Dyo. Tolong sampaikan terima kasih ke mamamu yah nak” kata suster Maria dengan senang. Setelah berpamitan aku keluar dari asrama itu dan langsung mencari motor trailku. Aku pun langsung kembali ke kosanku di pogung baru. Sampai di kosan, aku jadi kepikiran dengan gadis penjual bunga tersebut. Kok cantik banget eh salah hehe. Pilihan dia tepat sekali yah sampai-sampai suster Maria senang sekali dengan bunga pemberianku. Ah entalah mungkin dia memang expert dalam bidang berbungaan hehe. Oiya besok kan udah kuliah lagi mana padet lagi jadwal buat besok. Better get going for study!

Kamis pagi menjelang siang di kampus teknik Mesin featuring Industri.

Ahh kelasnya di M5 lagi di lantai dua rada mager aku hehe. Setelah markir motor yang rada sulit karena lumayan penuh, aku langsung ke lantai dua menuju M5.Ketika ingin memasuki kelas M5 di sebrang kelas kok terlihat kayak gadis yang kemarin yah? Halah mungkin aku aja yang kepikiran dia terus. Ga mungkin ga mungkin aneh deh lama-lama. 

Mata kuliah ini berlangsung 2 sks dimana selesai pada pukul 12:20. Aku pun ada kelas lagi jam 13:00 di kelas yang sama yaitu M5 yang bersebrangan dengan M7. Setelah kelas selesai, teman-teman ku mengajak solat Dzuhur di musholla jurusan. Letaknya dekat parkiran motor lantai 1. Aku ingin bercerita tentang gadis penjual bunga kemarin. Tapi setelah solat Dzuhur nanti. Setelah solat berjamaah di musholla jurusan, kami kembali ke ruang kelas M5.

Aku dan temanku bernama Rahman yang biasa di panggil Prof Maman karena dia pinter banget dan jenius menurutku hehe. Biasanya sebelum dosen datang kami duduk di depan kelas sambil berbicara cerita masing-masing dan pastinya prof Maman ini selalu ketawa kalo bersamaku. Karena aku sering ngelawak dan lumayan lucu juga lawakanku walaupun kadang-kadang garing. “Prof, aku mau cerita nih kemarin aku ketemu.......” tiba-tiba prof Maman langsung menyela pembicaraanku “Apa yok? Pasti tentang cewe cantik dan kamu pasti terpesona sama cewek itu kan? Perasaan ceritamu gitu-gitu aja ga ilmiah ahh” katanya sambil ketawa kecil.

“Hehehe tau aja prof. Saya kan pencinta wanita daripada pencinta sesama jenis ntar LGBT lohh ihhh haram hukumnya hiiii serem” jawabku sambil ketawa cengar cengir. “iyaaa tapi kamu naksir banyak cewe yok! Ga cuman satu malahan banyak banget. Ujung-ujugnya cuman di jadiin cerpen doank dan ga di deketin karena alasannya malu dan lain-lain” debat prof maman. “naksir banyak cewe kan gara-gara aku ga dapet satu trus deketin satu lagi trus naksir satu deketin lagi. Udah kayak siklus aja berulang ulang hehe” jawabku sambil bercanda. Aku pun melanjutkan pembicaraan “tapi yang kemaren itu beda dari yang lain prof! Trust me deh! Dia itu cantik banget prof kayak.......” lagi-lagi prof Maman menyela pembicaraanku

“ kayak gimana yok? Yang kayak gitu?” tanya prof Maman sambil menunjuk seorang gadis yang ada di lantai 2 setelah naik tangga yang bersebrang lurus dengan kursi yang kita duduki

Aku pun terkejut sekali, ternyata gadis itu adalah gadis kemarin yang menjual bunga yang aku beli untuk suster Maria.

Dia cantik sekali. Ia menggunakan korsa teknik industri

Aku masih bengong dan duduk di sebelah prof Maman. Prof Maman sampe nyenggol berkali-kali agar aku tidak bengong lagi. Tak lama gadis penjual bunga tersebut melihatku dan berbicaraa kepada ku “hai mas! Masih inget aku ndak?” tanyanya sambil tersenyum. “ma..... masiihh mbaak. Mbak yang kemarin kan? Mbak yang milihin bunga buat aku kemarin” jawabku sambil terbata-bata. Wajahnya sangat manis sekali hari ini. Senyumnya membuat aku semangat untuk kuliah. Lha kok bisa? Hehehe.

“mbak anak industri yah?” tanya ku bodoh padahal udah jelas-jelas dia menggunakan korsa teknik industri. “Iyaaa mas. Mas mesin kan? Hehehe” katanya sambil tersenyum. “mbak namanya siapa? Dari kemarin belum kenalan hehe” kataku sambil modus dikit. “kenalin aku Ira, asli Jogja. Mas siapa namanya?” tanya sambil penasaran. “Aku Dyo asal Jakarta. Kamu lagi ada kelas?” tanyaku “Iyaa nihh aku udah terlambat. Waduh pak Dosen udah dateng! Aku duluan yah Dyo! Dadah” katanya sambil masuk ke ruang kelas M7. Tak lama dosennya pun memasuki ruang kelas M7. 

 

“Cewe tadi tipe mu banget yok. Cantik, manis tinggi putih lagi. Kurang apa coba yok? Tipe mu banget lah itu. Kalo aku kan sukanya yang unyu-unyu dan pendek. Karena cewe pendek itu unyuuu tau yok” seru prof Maman yang sedang duduk di kursi tadi.

“Yaelah prof, aku mah pengen anak-anakku kelak lebih tinggi dari aku sekarang. Makanya aku nyari cewe yang tinggi. Oiya jangan lupa prof, cewe yang cantik tapi sederhana biar ga ngabisin gaji kita nanti hahaha” kata ku sambil tertawa senang. “Hmm pantes kamu nyari cewe jogja atau ga solo yang sederhana tapi cantik yah hehe? Aku tau kok yok, pasti cewe-cewe Jakarta udah pada hedon jarang yang sederhana gitu yah yok? Kalaupun ada pasti cewenya ga mau sama kamu yok HAHAHA!” tawa prof Maman lepas. Prof Maman ini tau aku banget deh pokoknya hahaha.

Bersambung ke cerita dibawah ini~

Flowers Rich of Love: Gadis Penjual Bunga

Flowers Rich of Love: Filosofi Cinta

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline