Lihat ke Halaman Asli

anindya khairunnisa

Mahasiswa aktif semester 6 di UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Penanganan Limbah Organik Sedehana dengan Eco Enzyme

Diperbarui: 28 Mei 2025   03:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/public/data/sumber. 

Data SIPSN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional) tahun 2024 tentang timbulan dan komposisi sampah, menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat menghasilkan timbulan sampah sebesar 16.858,48 ton per harinya. Terkhusus, di Kota Bandung, sampah yang dihasilkan bisa mencapai 1.496,31 ton per hari, dengan komposisi sampah didominasi oleh sampah sisa makanan sebesar 44,52%. 

Menurut Latifah dkk (2013), limbah organik dalam jumlah yang banyak bahkan over capacity dapat menimbulkan bau, mempengaruhi kualitas air, merusak estetika lingkungan, dan menghasilkan gas metana yang merusak lingkungan. Jika sampah ini terus meningkat tanpa ada penanganan, sudah dipastikan akan berdampak langsung pada kesehatan manusia dan lingkungan. 

Sehingga, perlu adanya penanganan pada sampah organik menjadi produk yang bermanfaat. Salah satu solusinya berupa pembuatan Eco Enzyme yang dimanfaatkan sebagai pupuk organik, pembersih alami, desinfektan, hingga penjernih air. Pembuatan Eco Enzyme ini sudah dilakukan secara internasional pertama kali oleh peneliti Dr. Rakuson Poompanvong dari Thailand. Yuk, simak tata cara pembuatan Eco Enzyme!

Sumber: Khairunnisa, A. 2025. Proses Pembuatan Eco Enzyme. Dokumen Pribadi 

Kelebihan Eco Enzyme sendiri tidak memerlukan lahan luas, alat dan bahan yang mudah dijangkau, serta metode yang mudah. Namun, tentu dibalik kesederhanaannya, Eco Enzyme memiliki kekurangan berupa membuat tanaman mati akibat kadar asam tinggi dan berpotensi membuat tanah menjadi asam. Beberapa masalah dalam pembuatan Eco Enzyme di antaranya: 

1. Kesalahan proporsi bahan baku dapat mempengaruhi kualitas dan efektivitas Eco Enzyme.

2. Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat menurunkan kualitas Eco Enzyme.

3. Kondisi lingkungan yang kurang memadai dapat menghambat fermentasi.

4. Waktu fermentasi yang terlalu lama atau terlalu sebentar tidak menghasilkan produk yang optimal.

5. Keterbatasan pengetahuan berupa kurangnya pelatihan dan edukasi dapat menghasilkan produk yang tidak sesuai standar.

Referensi:

1. Amran, T. G., Ruhiyat, R., Sari, E., Rambung, R. A., & Saputro, A. (2023). Pembuatan eco enzym untuk keberlangsungan hidup lingkungan pesantren yang harmonis. Jurnal Pengabdian Masyarakat: Tapis Berseri, 2(2), 161--168. https://doi.org/10.36448/jpmtb.v2i2.61

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline