Lihat ke Halaman Asli

Anis Contess

TERVERIFIKASI

Penulis, guru

Ketika Literasi Menembus Dinding Birokrasi

Diperbarui: 2 September 2019   05:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diskusi literasi dengan pesantren kopi, 17/8/2019

Berawal dari keinginan agar sebuah penelitian lebih terasa manfaatnya, saya mengajak sebuah komunitas -Pesantren Kopi- untuk membukukan hasil penelitiannya. Karena saat itu mereka fokus meneliti kemiskinan di daerah Mergosono yang notabene berada di Wilayah Kota Malang, saya minta mereka memberitahukan hasil penelitian itu ke stakeholder kota Malang, Walikota, itu yang tersirat dalam benak saya.

Diskusi literasi dengan pesantren kopi, 17/8/2019

Maka mulailah saya investigasi bagaimana cara menembus dinding birokrasi, menemui walikota untuk ikut mendukung kegiatan itu, memberikan kata pengantar bagi buku tersebut. Bertanya kepada orang dekat walikota yang saya kenal Fauzan Zenrif, Kompasianers juga, langsung dibuatkan janji, namun kesibukan pak Walikota yang  waktu itu ke luar kota membuatnya tak bisa menemui kami.

Lalu saya diberi tahu untuk memasukkan surat permohonan ke bagian umum. Saya lakukan. Mbak Lila, Kompasianer sahabat saya di Komalku, yang kebetulan suaminya Pak Hamka adalah lawyer, sering bertemu Pak Wali, mengantar saya. Seru, sempat narsis selfie, secara hari itu baru pertama bagi saya menginjakkan kaki di kantor orang nomor 1 kota Malang. Beda dengan Mbak Lila yang memang sering diajak suaminya ke kantor walikota ini.

Narsis sebentar di halaman tengah lantai 1 gedung kantor Wali Kota Malang

Saya ajukan audiensi untuk satu Minggu dari tanggal pengajuan. Diminta menghubungi paling cepat 3 hari oleh petugas yang menerima saya di bagian umum.

Surat pengajuan diterima bagian umum

 Belum sempat saya lakukan, ada ajakan pada saya untuk menghadiri pelantikan pengurus cabang PMII Kota Malang, yang akan dihadiri Walikota, Minggu 25/8/2019.

Anis Hidayatie (doc.pri )

 Tentu ini tdk saya sia siakan.
Saya hadiri, bukan hanya untuk bertemu Pak Wali, ternyata saya malah diberi kesempatan dan waktu untuk menggemakan literasi. Saya ajak peserta untuk tak hanya garang di panggung unjuk rasa, namun juga dalam pena. Berbentuk tulisan, agar ide dan aspirasi terbaca banyak orang, tidak selesai begitu saja sesudah show of force berlangsung. Ada kesinambungan, follow up dari sebuah ajuan aspirasi.

Di penghujung acara, saya dipersilahkan berbincang langsung dengan Pak Wali, ternyata permohonan saya untuk mengadakan auidiensi literasi diapresiasi. Saya langsung diminta menghubungi ajudan untuk memastikan. 

Berbincang dengan wali kota ( duduk disamping saya, berkacamata )

Saling kontak dengan pihak kantor walikota terjadi beberapa kali, hingga tercipta satu kesepakatan. Pak Wali berkenan menerima kami, dari Komalku Raya, komunitas menulis buku Malang Raya dan sekitarnya, beserta beberapa komunitas yang tergabung di dalamnya, Pesantren Kopi, Komunitas Pejuang Kata-kata, Mahasiswa peneliti dan penulis produktif UM, Literasi English Club Malang, Tugu Malang, serta dari beberapa elemen profesi. 20 orang ikut menghadiri acara audiensi itu.

Tepat pada tanggal yang ditentukan, kami datang. Memasuki ruang rapat walikota. Pas ada 20 kursi disediakan. Disambut hangat dengan kudapan tradisional dan secangkir teh manis hangat. Sutiaji, sang walikota menyambut hangat kedatangan kami. Permohonan saya untuk memberikan pengantar dalam buku "Kampung Daulat Pangan: Catatan Lapangan Pemberdayaan Masyarakat di Mergosono" dan "Malang dalam Kesan dan Kenangan" yang segera akan kami rilis, dikabulkan.

Bahkan, satu ide yang resmi ikut pula saya mohonkan dalam surat audiensi, agar pak Wali menuliskan gagasan atau ide untuk memajukan kota Malang ditanggapi dengan antusias. Dia menyanggupi, meski tidak dalam waktu dekat, telah terucap satu keinginan untuk membuat buku, menulis, menuangkan pikiran - pikirannya dalam rangka memajukan kota Malang.

Anis Hidayatie (doc.pri )

Beberapa hal saya catat dari audiensi Rabu, pukul 12.30 siang 28 Agustus 2019. Ternyata Pak Wali tak asing dengan dunia literasi. Dia ceritakan jaman kuliah dulu, dia adalah seorang peresensi buku, dikirimkan ke media catak  dengan honor 6500 untuk satu buku. Pernah pula menjadi jurnalis, juga reporter sebuah majalah. Bahkan dialah yang memberikan nama majalah kampus IAIN Sunan Ampel Malang kala itu -sekarang UIN-  dengan nama INOVASI.

Terkesima saya, itu adalah nama sebuah majalah yang pernah saya menjadi pemred jaman kuliah dulu. Sekitar 20 tahun yang lalu. Serasa reuni, apalagi ada Ning Evi Ghazali, pembina Komalku Raya yang dulu juga dewan penasehat Inovasi, kompasianers penulis buku " Menulis dengan Cinta" yang membersamai saya. Ada kedekatan, kehangatan tetiba menjalar. Bahagia bertemu senior, lebih dari sekedar tatap muka dengan bagian  penguasa birokrasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline