Lihat ke Halaman Asli

Andy Fitrianto

Seorang guru yang waktu kecil pengen jadi baja hitam robo

Bertahan Hidup di Bulan Januari

Diperbarui: 14 Januari 2024   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Januari memang asyik, apalagi kalau yang kita ingat cuma tentang kembang api ataupun tentang deretan mimpi dan resolusi. Nyatanya, Januari ternyata tak seindah nyala kembang api, terutama bagi para PNS. 

Januari acapkali jadi tumbal kesenangan kita pada perayaan akhir tahun. Januari selalu jadi masa dimana praktik keuangan dan administrasi kedinasan selalu mengulang hal yang sama dari tahun ke tahun. Telat dapat gaji.

Ya, sudah tanggal 14 Januari terpantau rekening masih tetap suci. Tak terkontaminasi transferan masuk. Yang ada justru desakan transfer keluar. Itupun sudah tidak memungkinkan lagi karena memang tak ada yang bisa dikeluarkan. 

Entahlah di daerah lain, tapi di tempat saya bekerja, hal ini rutin adanya. Bagaimana mekanismenya, dan bagaimana prosedurnya sehingga gaji januari selalu seperti ini saya kurang faham. 

Tapi ketimbang memikirkannya berlarut-larut atau melakukan protes sana-sini, rasanya lebih baik jika kita mulai introspeksi dan mulai merancang sekaligus menjalankan mekanisme pertahanan diri agar tetap bertahan hidup di bulan Januari.

Pertama, Kencangkan ikat pinggang. Bagi beberapa orang, sebenarnya sudah terlambat mengencangkan ikat pinggang di masa sekarang ini. Konon ikat pinggang yang sudah dikencangkan tersebut berada di tingkat keketatan maksimal yang sudah tidak bisa ditambah lagi. Tapi setidaknya bisa mulai disadari saat ini untuk tidak melakukan transaksi yang tidak penting. Toko orange dan toko hijau silahkan dijauhi sementara waktu. 

Jangan berusaha tekan checkout walapun bisa menggunakan paylater. Pokoknya jangan. Banyak kasus membuktikan jika pengeluaran terbesar terkadang tidak berasal dari kebutuhan pokok. Tapi malah dari kebutuhan tersier yang saat ini semakin mudah didapatkan. Hal berikutnya yang tak kalah menguras dompet adalah soal jajanan anak. 

Tampaknya sepele hanya membeli beng-beng diwarung dan dua bungkus Chiki. Tapi jika hal tersebut rutin dilakukan setiap hari, hitunglah berapa pengeluaran tersebut dalam satu bulan. 

Jajan kadang sudah menjadi kebiasaan walapun sebenarnya bukanlah suatu kebutuhan. Mengurangi pengeluaran jajan anak dalam masa paceklik adalah wajib, namun untuk jangka panjang, mengedukasi anak agar tidak banyak jajan nampaknya langkah terbaik untuk meningkatkan stabilitas perekonomian rumah tangga.

Kedua, lakukanlah transaksi Susbtitusi atau belanja barang dengan fungsi yang sama namun dengan nilai yang lebih ekonomis. Kalau biasanya kita minum Aqua Galon asli yang puluhan ribu, coba lah sekali-sekali minum merek air minum lokal yang jauh lebih murah. Kalau kebetulan handbody lotion scarlet nya habis, sementara beli saja dulu lotion merek Citra ukuran kecil di warung dekat rumah. Dan yang paling signifikan diantara itu semua adalah soal makanan. 

Jika kita terbiasa makan ikan kualitas nomor satu, cobalah sementara makan ikan tongkol harga obral, atau ikan-ikan karang yang biasanya lebih miring secara harga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline