Lihat ke Halaman Asli

Andi Wi

TERVERIFIKASI

Hai, salam!

Cerpen | Tutorial Menyelamatkan Diri dari Kejadian Masa Lalu

Diperbarui: 25 Februari 2018   05:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

@kulturtava

Bagaimana cara mencintai orang lain yang kita cintai dan tak ingin menyakitinya? 

Jawab: Dengan meninggalkannya.

Ini adalah malam minggu. Saya bahkan tidak tahu di luar hujan deras dan yang paling menjengkelkan, saya harus hujan-hujanan untuk membeli satu pil obat sakit kepala dan harus mendengar penjaga toko berkali-kali mengingatkan, "Ini malam minggu, lho!"

Ini memang malam minggu. 

Beberapa menit setelah berhasil menelan obat sakit kepala, saya berencana langsung tidur. Saya merebahkan tubuh di atas kasur. Lalu memejamkan mata sampai kemudian mencontoh perilaku budhis: mengosongkan pikiran yang tidak perlu dipikirkan yang sebelumnya terisi penuh. Jadwal-jadwal, suara-suara orang tertawa, benda mati yang dihadirkan keberadaannya untuk menyindir saya, dan sebagainya dan sebagainya. Saya menyingkirkan mereka semua. Dan alangkah, bom, saya tidak tidak berhasil melakukannya.

Saya menebak, mungkin ini terjadi karena saya terlalu banyak menyingkirkan "dan sebagainya " tersebut. Karena dengan melakukannya, itu berarti saya mesti perlu waktu lebih banyak untuk menyingkirkan mereka semua. Dan yang harus saya akui, saya tidak bisa sesabar itu.

Ini malam minggu. Dan rencana saya tidur lebih awal, gagal. Saya terbangun. Saya berjalan menuju dapur dan membuat secangkir teh untuk diri saya sendiri. Terus terang sebetulnya saya bahkan berharap ketika saya melakukannya, saya sedang tidur. Saya tidur sambil berjalan dan membuat teh. Akan sangat menyenangkan jika hal itu benar terjadi. Akan tetapi saya sadar bahwa itu tidaklah mungkin.

Air mancur ajaib, yang dapat mengabulkan semua permohonan, itu juga tidak mungkin ada.

Tapi saya percaya. Tiap kali manusia mengalami perpisahan, mereka akan jauh terlihat sepuluh tahun lebih tua dari pada seharusnya. Dan malam ini, entah malam minggu yang keberapa, kami mesti berpisah. Saya berpisah dengan banyak malam minggu, padahal saya bahkan sering merasa baru berusia 17 tahun ketika pacar saya mengatakan kami sudah tak lagi cocok. Rasanya saya tidak melewati apa-apa hingga saya sekarang berusia 27 tahun, kecuali perpisahan itu sendiri.

Saya cuma, kadang-kadang, seperti kebanyakan orang. Merasa amat takut, apa yang harus mereka katakan, jika mereka bertemu dengan dirinya sendiri.

Saya tak pernah menemui diri saya sendiri. Kami memang bersama-sama selama lebih dua dasawarsa. Tapi tak pernah cukup tangguh untuk menemuinya. Untuk berani sekedar menyapanya, "Selamat pagi." Atau kata-kata menyenangkan yang ingin didengar semua orang, "Jaga dirimu baik-baik." Tapi kami sepenuhnya tidak berselisih atau bermusuhan. Kami mungkin lebih mirip kakak-beradik yang ingin saling menunjukkan kepeduliannya tapi tak pernah tahu cara melakukannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline