Lihat ke Halaman Asli

ANDI FIRMANSYAH

Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Menentang Budaya Patuh

Diperbarui: 4 Maret 2024   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Orang cenderung mengikuti arus. Siapa pun yang menentangnya akan dianggap aneh, gila atau tidak patuh. Di AS, kaum hippies pada tahun 70an merupakan bagian dari generasi tandingan budaya yang melakukan berbagai perilaku untuk menolak norma-norma sosial. Sampai batas tertentu, kaum hippies ini membentuk sejarah di Amerika dengan membiarkan pandangan-pandangan radikal menjadi pusat perhatian, meskipun untuk jangka waktu yang singkat, meskipun pemerintah berupaya untuk melakukan kontrol yang lebih besar.

Baru-baru ini, gerakan Black Lives Matter (BLM) di AS kembali menunjukkan bagaimana sebagian orang Amerika dapat menentang nilai-nilai arus utama perdamaian dan ketertiban. Seiring berjalannya waktu, istilah Woke diperkenalkan kembali dan sekarang didefinisikan sebagai "sadar dan secara aktif memperhatikan fakta dan isu penting mengenai keadilan sosial."

Sayangnya, bagian dari gerakan kebangkitan di AS ini juga mencakup promosi kamar mandi yang netral gender, berlutut saat lagu kebangsaan dinyanyikan dan mengizinkan orang untuk mengidentifikasi gender mereka sendiri. Woke populer di kalangan Generasi Y dan Z.

Tidak semua kegiatan counter culture atau Menentang Arus membuahkan hasil yang baik. Namun bila dilakukan dengan motif yang murni dan niat yang mulia, demi kepentingan orang lain, maka kegiatan tersebut patut disambut baik.

Menjadi pemecah belah tidak selalu berarti merusak. Berbagai pandangan dibagikan. Termasuk pandangan-pandangan yang out of the box untuk mencari tahu apa isu inti yang benar-benar memecah belah organisasi. Perspektif yang berbeda memungkinkan kita untuk memvalidasi gagasan kita sendiri dan menantang bias kita sendiri yang dikembangkan oleh budaya kepatuhan.

Di beberapa organisasi saya melihat ada beberapa anggota yang takut berbicara dengan bebas karena mentalitas kelas di mana pendapat anggota junior tidak dianggap dan ditambah lagi dengan budaya "patuh dulu sebelum mengeluh."  

Menurut saya menentang budaya atau norma perilaku adalah bagian dari kebebasan berekspresi. Masyarakat bisa berubah karena ada orang-orang dengan ide-ide radikal berhasil mengubah seluruh dunia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline