Lihat ke Halaman Asli

Andang Masnur

Komisioner

Teror Corona, Ramadhan, dan Muhasabah Diri

Diperbarui: 14 Maret 2020   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

wfse.org

Seperti cerita yang tidak ada habisnya, teror virus corona terus menjadi momok yang menakutkan. Setiap harinya jumlah orang yang terjangkit terus bertambah. Dari yang suspect, positif sampai korban yang meninggal dunia.

Terbaru informasi mencengangkan dari sebuah rumah sakit di Jakarta mengumumkan bahwa adanya pasien yang positif corona lalu melarikan diri dari ruang isolasi. Disebutkan bahwa pasien tersebut keluar tanpa izin dijemput oleh keluarganya dan tidak ditahu keberadaannya hingga kini.

Kejadian tersebut terjadi seminggu yang lalu. Tetapi kenapa pihak RS baru mengumumkannya kemarin (jumat) kepada masyarakat? Bagaimana jika pasien tersebut menulari orang-orang terdekatnya. Lalu menyebar dan menjangkiti orang-orang di sekitar.

Meskipun beberapa saat setelah konferensi oleh pihak RS kemudian disahuti oleh protokol Covid-19 pemerintah bahwa pasien tersebut telah di evakuasi ke RSPI. Tetapi kita patut curiga, mengapa hal ini baru terungkap kemarin padahal sudah seminggu kejadiannya. Lalu apakah pernyataan protokol tersebut hanya untuk membuat masyarakat tidak panik. Jika memang telah dievakuasi mengapa pihak RS masih mengumumkan hal tersebut? Kita benar-benar dalam posisi yang gelisah akibat virus ini.

Badan Intelejen Negara atau BIN kemarin melansir bahwa puncak penyebaran virus corona ini berlangsung 60-80 hari ke depan. Yang artinya bahwa ramadhan tahun 2020 di tanah air kita masih akan ditemani dengan isu  penyebaran corona ini.

Melihat aktivitas yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia memang sebagian besar masih berjalan normal. Tetapi apakah kita menjamin bahwa di sekitar kita tidak ada orang yang terpapar. Atau apakah kita yakin bahwa kota atau tempat yang kita kunjungi 0 kasus corona.

Sebaiknya pemerintah segera membuat maping, bisa berupa list daerah yang berkategori waspada dan darurat/kategori keadaan luar biasa. Contoh di beberapa kota yang telah ada kasus positif dan korban meninggal seperti Solo harusnya diumumkan sebagai daerah yang darurat corona.

Pelibatan BIN sebagai komponen dalam memperoleh informasi sudah sangat tepat.  Data yang diperoleh pemerintah harus segera ditindaklanjuti dibuatkan kebijakan yang lebih serius. Apakah ada daerah yang sementara ini diisolasi untuk mencegah penyebaran. Aktifitas belajar anak sekolah, karyawan atau pegawai diliburkan.

Apalagi jika benar data dari BIN tentang puncak penyebaran itu ada di bulan April dan Mei, kita tahu bersama bahwa tradisi mudik kita dalam berpuasa dan lebaran tidak bisa lepas dari masyarakat kita.

Mobilisasi dalam rangka silaturahmi masyarakat Indonesia khususnya yang beragama Islam sangat tinggi. Tidak hanya pada saat lebaran, tetapi banyak aktifitas yang dilaksanakan diluar rumah oleh masyarakat. Misalnya para ibu-ibu yang mesti belanja kebutuhan di pasar-pasar atau pelaksanaan sholat tarawih berjamaah di masjid-masjid.

Melihat "mati"nya aktifitas di beberapa negara ini membuat kita mesti membuka mata. Kemewahan dan kemegahan yang dilancarkan seperti tidak ada artinya. Teknologi, ekonomi dan kekuatan militer yang membuat sebuah negara tampak digdaya harus runtuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline