Lihat ke Halaman Asli

Pelajaran Berharga dari Sebuah Perjalanan yang Hebat

Diperbarui: 23 November 2018   15:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

travel.kompas.com

Oleh : Ananda N.F

Secercah cahaya oranye mulai terlihat dari ufuk barak, terlihat sang surya yang bersiap tuk pamit dari hari yang melelahkan dan berganti tugas dengan sang malam.

Saat ini waktu  telah menunjukan pukul 17:30 dan aku disini, berdiri dengan gusar serta raut wajah yang seolah-olah meyakinkan mereka para wisatawan  yang aku tuntun saat ini, padahal sebenarnya jauh dari dalam lubuk hatiku ada rasa takut,cemas,dan panic yang sudah beretamorfosa menjadi satu rasa yang disebut kebingungan. 

Bagaimana aku tidak bingung? Aku baru saja menjadi tour guide untuk yang pertama kalinya dari usaha kecilku dan harus mengalami kejadian seperti ini.

"ka, apa masih belum menemukan solusi? Aku takut sumpah ka.." ujar Kanaya saat itu sembari terus memegang  ponsel dengan flash light  yang masih menyala berdiri tepat disampingku sembari meremas ujung jaketku dengan nada takut sekaligus marah yang ia tunjukkan padaku, walau aku tahu nada takut disana lah yang mendominasi keadaannya saat ini.

"aku juga lagi berusaha Kanaya, Sudah lima menit yang lalu aku terus mencari sinyal agar kalian semua bisa sampai tempat tujuan yang setidaknya tidak di hutan ini untuk sementara, bersyukurlah batrai ku masih 27%, kau jangan takut Kita berdoa yah.. semoga pertolongan datang jauh dari prediksi ku" ujarku sembari menepuk pundaknya yang mulai merosot.

Aku tahu dia mulai menahan tangisnnya akan ketakutannya pada gelap yang akan datang ini. Hanya ini yang bisa aku lakukan, karna tidak hanya kanaya saja yang memiliki ketakutan pada eufaria yang mencengkan dari keadaan ini, melainkan pula dengan Kevin, si kecil anak dari Lukman dan Prita yang memiliki riwayat asma.

Disini aku masih terus berusaha untuk mengontak rekanku disana , dan tak butuh waktu yang lama dengan keadaan batrai ponselku yang sudah 20% aku berhasil menelpon rekanku disana, meminta bantuannya untuk menjemput kami disini, setidaknya beberapa dari kami yang lebih di prioritaskan untuk kembali duluan adalah Kanaya dan juga si kecil Kevin,   pikirku saat itu. 

Aku berujar panjang lebar di telpon tanpa jeda saat itu, aku hanya takut, saat aku memberi jeda pada saat aku berbicara, sinyal di ponselku akan hilang dan rekanku belum sepenuhnya mendengar apa yang telah aku sampaikan yang menjadi kendalaku di tempat ini.

"......"

"umm.. okay tak apa, setidaknya aku akan usahakan kami yang kembali paling telat adalah orang -orang yang tak terlalu memiliki ketakutan pada tempat ini, untuk selanjutnya aku akan cari cara alternative lain untuk menjemput para wisatawanku setidaknya mereka bisa kembali untuk waktu yang cepat saat ini "

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline