Lihat ke Halaman Asli

AMIR EL HUDA

Laki-laki biasa (saja)

Mythomania: Berhati-hatilah Kalau Diri Sudah Gampang Membohongi

Diperbarui: 17 April 2017   21:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sering kita berhadapan dengan orang yang sangat mudah berbohong. Katakanlah saja seorang mahasiswa yang terlambat datang ke kelasnya menjawab dengan enteng petanyaan dosen, "maaf ban sepeda motor saya bocor", atau jawaban lain yang lebih menggelikan, "maaf saya kesiangan", namun esok hari dia terlambat lagi dengan alasan yang sama. dalam hal lain misalnya, seseorang yang dihutangi duit oleh sahabatnya menjawab ringan, "maaf, saya nggak punya duit", padahal pagi tadi ayahnya baru mengirimkan "nol berjumlah enam" ke dalam buku tabungan. semoga saja si orang yang sangat mudah berbohong tersebut bukanlah diri kita sendiri.

Parahnya lagi kalau sampai berbohong sudah menjadi kebiasaan yang terjadi otomatis melalui alam pikiran bawah sadar. orang yang terbiasa berbohong tidak mengalami perubahan di raut wajahnya dari sebelum berbohong dan setelah berbohong. Degup jantung dan aliran darahnya tetap tenang meskipun hatinya berontak terhadap apa yang diutarakan. Orang yang memahami konsep dosa dan kejujuran akan sangat takut untuk berbohong. ketika dia berbohong raut wajahnya akan berubah. rasa penyesalan dan ketakutan akan menghantuinya. bisa saja melakukan penipuan-penipuan dan kebohongan-kebohongan terhadap orang lain. namun selamanya tidak akan bisa menipu dan membohongi diri sendiri.

Dalam ilmu psikologi , kebiasaan berbohong dikenal dengan istilah Mythomania yang digolongkan sebagai bentuk kelaianan jiwa. Awalnya hanya iseng-iseng saja, namun ketika sudah menjadi kebiasaan maka berbohong ibarat candu yang membuat ketagihan dan selalu ingin mengulang. berbagai alasan kegiatan bohong-membohongi ini terjadi. ada yang berbohong untuk menyelamatkan diri, ada yang berbohong untuk membangun pandangan orang atas dirinya, bahkan ada yang berbohong untuk memperkaya diri. 

Seorang pembohong cenderung mengalami banyak kegagalan di dalam hidupnya. Kebiasaannya berbohong akan menimbulkan rasa khawatir dan was-was dalam setiap detik kehidupan. satu kali kebohongan dilakukan akan menimbulkan kebohongan kedua, kebohongan ketiga, kebohongan ke dua puluh dan seterusnya. semua kebohongan dilakukan untuk menutupi kebohongannya yang pertama. seorang pembohong akan dikejar-kejar permasalah dalam hidupnya, dan untuk menyelesaikannya akan menggunakan kebohongan yang lainnya. siklus kehidupan akan terus berputar. "Takkan jauh jatuh buah dari pohonnya". Seorang pembohong akan melahirkan anak-anak yang pembohong. Bayangkan saja, seorang anak baru lahir yang diibaratkan secarik kertas putih sudah ditulisi dengan catatan-catatan kebohongan sejak pertamakali menghirup oksigen bumi.

Berbohong bukan hanya dilaknat Tuhan dan agama, tetapi juga dikutuki oleh semua manusia dan penghuni dunia. bahkan seorang pembohongpun sangat benci untuk dibohongi. selusi untuk berhenti berbohong adalah dengan menghentikan kebohongan, jujur dalam segala hal, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Berempati terhadap orang lain adalah solusi mencegah diri dari membohongi. simplenya, kalau tidak suka dibohongi maka jangan membohongi. kalau tidak suka ditipu maka jangan menipu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline