Lihat ke Halaman Asli

Amirsyah Oke

TERVERIFIKASI

Hobi Nulis

Cherry Picking dalam Mengkritisi Ekonomi Indonesia

Diperbarui: 11 Februari 2019   09:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: www.geckoboard.com

Terdapat dua hal yang sangat sering dikritisi terkait perekonomian Indonesia saat ini. Kedua hal tersebut adalah tentang Utang Negara dan Penerimaan Perpajakan Negara. 

Kedua materi tersebut memang sangat penting karena merupakan komponen utama dalam APBN. Penerimaan negara terbesar adalah berasal dari pajak, sedangkan utang adalah komponen pembiayaan yang digunakan pemerintah untuk menutupi terjadinya defisit anggaran.

Sebenarnya kritik adalah hal yang biasa dan sangat diperlukan untuk kebaikan bersama. Namun kritik yang demikian harus dilakukan secara relatif objektif. 

Kritik yang objektif kurang lebihnya adalah kritik yang berdasarkan landasan ilmu pengetahuan yang menggunakan standar dan indikator yang telah diakui, juga menggunakan data-data yang valid, kredibel, dan konsisten.   

Sayangnya, kritik-kritik yang saat ini sedang ramai menjadi pembahasan relatif kurang menyentuh substansi dan tidak fokus pada penyelesaian masalah. 

Kebanyakan hanya menyentuh kulit luarnya saja dan menggunakan data-data yang seadanya bahkan cenderung memilih data-data yang mendukung argumennya saja. 

Data-data yang sama tidak dipakai lagi jika tidak mendukung argumennya yang lain, walaupun sangat berhubungan erat dan merupakan syarat untuk melakukan analisis. Penggunaan data yang seperti ini dikenal dengan istilah cherry picking.

Cherry picking adalah mengambil data yang hanya mendukung argumennya saja, hanya menggunakan data-data yang menguntungkan. Ibarat memilih-milih buah dari sebuah pohon, yang diambil hanya buah yang menurut persepsinya bagus saja. Buah yang lain meskipun sama bagusnya tidak diambil karena tidak sesuai dengan persepsinya. Apalagi buah yang kurang baik, tidak akan diambilnya.

Contoh berargumen dengan cherry picking ini adalah terkait penggunaan data PDB (Produk Domestik Bruto) atau bahasa kerennya GDP (Gross Domestic Product).

Pihak X, saat membahas tentang utang negara, hanya fokus pada jumlah nominal akumulasi utang. Jumlah utang negara sekitar Rp5.000 triliun dinilainya sangat besar lalu menyimpulkan seenaknya saja bahwa negara dalam keadaan bahaya, akan bangkrut atau mengalami krisis. 

Kesimpulan ini tanpa melalui analisis data dengan menggunakan indikator tertentu yang telah diakui dan lazim digunakan. Salah satu cara yang wajib dilakukan adalah dengan membandingkan jumlah utang dengan jumlah PDB dalam tahun yang sama, atau dikenal dengan Rasio Utang dengan PDB (Debt Service Ratio).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline