Lihat ke Halaman Asli

Rela Tiup Terompet Demi Membantu Korban Gempa Palu, Sigi, dan Donggala

Diperbarui: 10 Oktober 2018   13:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruadi dan rekannya tiup terompet dalam rangka aksi peduli gempa SulTeng (09/10/2018).

Bantaeng, Selasa (09/10). Aksi kemanusiaan terus bermunculan dari berbagai kalangan sejak gempa melanda Palu, Sigi dan Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah (SulTeng). Tepatnya 28 September 2018 lalu.

Itu artinya sudah hari kedua belas. Di Bantaeng sendiri berlangsung pengalangan dana oleh Komunitas Musik Tanjidor. Persimpangan jalan dipilih dengan menyodorkan kotak amal kepada para pengguna jalan khususnya pengemudi roda dua dan empat.

Salah seorang diantaranya, Rusdi yang berprofesi sebagai peniup terompet mengaku terpanggil untuk meringankan beban korban gempa dan tsunami SulTeng.

"Kami juga punya keterbatasan pak kalau bicara uang. Makanya kami coba membantu dengan cara begini. Jadi kami mainkan musik tanjidor, menghibur mereka yang lewat. Dan mereka bisa menyumbang, nantinya untuk dikirim ke Palu, Sigi dan Donggala", katanya.

Komunitas Musik Tanjidor ini merupakan kumpulan para pemain tanjidor Bantaeng yang digawangi Abdullah. Dijelaskan Abdullah kepada AMBAE jika penggalangan dana komunitasnya sudah dilakukan sejak Kamis lalu, 4 Oktober 2018. Dan sedianya berakhir Rabu besok (10/10/2018).

Saat berita ini dihimpun, 17 juta Rupiah berhasil dikumpulkan. Dua alternatif disiapkan untuk menyalurkan bantuan ini.

"Kalau bisa kita kirim melalui rekening bank. Tapi kalau sampai berakhir penggalangan dan teman-teman sepakat, mungkin kita beli beras dan kita titip di Posko Dinas Sosial Bantaeng agar lebih mudah dan terpercaya pengirimannya", tegas Rusdi.

Persimpangan dipilih kata Abdullah karena diyakini padat lalu lalang masyarakat yang ingin lewat, baik dari dalam maupun luar daerah. Meski begitu tetap berupaya menjaga kelancaran arus lalu lintas.

Beberapa persimpangan telah ditempati menyajikan musik dan menggalang dana diantaranya Kelurahan Letta yang dilengkapi Traffic Light (lampu merah), Kompleks Pasar Sentral, Kampung Tanetea, Kampung Lasepang dan Kampung Boddonga. Bahkan di hari Minggu, komunitas ini pawai keliling kota hingga ke sejumlah titik di pelosok Kabupaten Bantaeng.

Sebagai gambaran, pemain tanjidor ini terdiri dari peniup terompet sebanyak 2-3 orang, pemain saxofon penabuh drum mini 1 orang dan penabuh gendang mirip gong 1 orang. Berselang 30-60 menit, pemain digantikan mengingat banyaknya anggota komunitas yang tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini sebagai bentuk kepedulian. (AMBAE)

salam #AMBAE




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline