Lihat ke Halaman Asli

Pemuda Bantaeng Raih Penghargaan Inovasi TTG SulSel

Diperbarui: 21 Agustus 2017   15:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halim, Pemuda Bantaeng (kiri) terima penghargaan dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (21/08).

Nama Kabupaten Bantaeng kembali mendengung di telinga masyarakat Sulawesi Selatan dan Indonesia pada umumnya. Piagam Penghargaan diterima untuk tingkat Provinsi Sulawesi Selatan. Tercatat sebagai Juara II dalam Lomba Inovasi TTG (teknologi Tepat Guna) yang dituangkan dalam sebuah Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan. Sementara Juara I diraih Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP).

Sedikitnya lima pemuda Bantaeng selaku inventor TTG yakni Halim, Emil, Ramlan, Amir dan Fahrul tergabung dalam Binaan Posyantek (Pos Pelayanan Teknologi) "Julu Atia" di Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng. Dengan ruang lingkup lebih khusus di Kelurahan Bonto Jaya, Desa Bonto Loe dan Desa Bonto Cinde serta Kabupaten Jeneponto.

Mereka berhasil membangun alat pemisah biji kapok dan menerima penghargaan dari Gubernur Sulawesi Selatan di Makassar (21/08). Turut hadir Wakil Bupati Bantaeng (H. Muhammad Yasin) mewakili Bupati Bantaeng, Kepala Bidang Usaha Ekonomi Masyarakat Desa, SDA dan TTG (Indrawan Lestari) dan Kepala Seksi Pendayagunaan SDA dan Pengembangan TTG pada Dinas PMD, PP dan PA (Kamaruddin).

Mesin ini terdiri dari rangka utama sebagai dudukan, body tabung, stand gigi dan kipas serta saringan biji kapok. Dibangun dengan fungsi utama sebagai Alat Pemisah biji kapok yang mana komoditas ini banyak dijumpai di Kecamatan Bissappu pada khususnya. Proses pembuatan yang cukup sederhana berangkat dari memodifikasi alat mesin perontok padi. Dan saat ini pemuda Bantaeng yang umumnya merupakan Pendamping P3MD (Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa) berhasil meningkatkan gradenya dengan inovasi terbarunya setelah menggabungkan mesin ini dengan tenaga dinamo dan diesel.

Berkat mesin pemisah biji kapok, petani kapok maupun pengusaha kasur tidak tergantung lagi pada sinar matahari untuk mengeringkan kapok. Dengan kemampuan tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani kapok, pelaku industri rumah tangga dan pengusaha kasur. Jika sebelumnya menggunakan mesin manual hanya memproduksi 300 Kg, kini mampu menghasilkan 1 Ton per enam jam.

Manfaat lain dapat dirasakan bagi petani dalam hal penanganan pasca panen kapok. Selain itu juga bisa mengefektifkan pemanfaatan waktu dan tenaga yang semakin hemat. Mesinnya bisa dibawa ke lokasi saat dibutuhkan dengan bantuan mobil modifikasi dan tidak membutuhkan tempat yang luas.

Amir mengungkapkan bahwa Juara I, II dan III akan diikutsertakan pada Gelar TTG Nasional ke-XIX Tahun 2017 di Kota Palu, Sulawesi Tengah. "Kami masih butuh dukungan Pemda Kabupaten Bantaeng untuk gelaran selanjutnya pada Gelar TTG di Palu tanggal 24-29 September 2017. Semoga hadiah tiba di Bantaeng dan mendapat apresiasi khusus dari Pemda Bantaeng" harapnya. (AMBAE)

salam #AMBAE




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline