Lihat ke Halaman Asli

Amas Mahmud

Pegiat Literasi

Aku Mau Hidup Seribu Tahun Lagi

Diperbarui: 7 Agustus 2022   21:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bung Amas (Dokpri)


BUKAN soal gelisah atau risau. Ini tentang harapan, proyeksi masa depan dan apa yang akan kita tinggalkan di dunia. Semua orang mau menjadi yang bermanfaat. Terlebih untuk diri dan keluarga.

Tapi, kenapa tidak semua orang dalam napaki samudera kehidupan dilanda masalah. Yang kadang kala rasanya tidak ada habisnya. Ada pula, yang meraih sukses, tiba-tiba diterpa gelombang kegagalan. Kaya raya, hidup bermewah-mewah, akhirnya jatuh miskin.

Bingkai kehidupan lainnya. Ada yang hidup hemat, bersahaja dalam keseharian, dan berkecukupan. Lalu, merangkak naik, menjadi kaya. Dermawan dan peduli pada sesama. Masya Allah, seperti itulah realitas kehidupan. Kemudian, dimana posisi kita?.

Memilih yang biasa saja perubahannya. Ataukah yang drastis dan fundamental. Tentu semua itu ada konsekuensinya. Untuk diri sendiri, sebagai self reminder. Hari ini haruslah lebih baik, dari hari-hari kemarin.

Tidak boleh sia-sia waktu yang dilewati. Atau tidak boleh juga hedonis, melupakan orang-orang tercinta. Kita senang berjalan ria, berkawan sebanyaknya. Namun, lupa akan orang-orang terkasih. Mereka yang siap menunggu kita tiap saat.

Orang-orang tulus yang mendoakan dan merasa bangga atas keberhasilan. Minimal, capaian kita saat ini membuat merasa sumringah, tersenyum gembira dan bangga. Kadang kita lupa ada mereka.

Sehingga, hari-hari yang kita lewati berlalu begitu cepat. Jauh dari mereka, tak terpandang, tak bersentuhan secara fisikli dengan mereka. Akhirnya, kita menjadi seperti orang asing. Waktu istimewa dan berkualitas juga terlewatkan.

Teringat puisi Chairil Anwar, yang berjudul "Aku Mau Hidup Seribu Tahun Lagi". Jika kita ditakdirkan mati muda, apa yang akan tinggalkan?. Harta materil, mungkin belum ada. Kekayaan kita tak punya. Bahkan masih minus, dan memprihatinkan. Kita hanya punya akal budi, sikap yang luhur. Legacy, integritas, idealisme, dan loyalitas.

Kita hanya punya dedikasi. Selebihnya, belum ada. Keberhasilan duniawi, seperti jabatan kekuasaan yang menghasilkan uang, belum ada. Sedangkan, waktu kita di dunia terbatas. Sungguh, aku mau hidup seribu tahun lagi. Hidup dalam rentan waktu yang lama. Menghidupkan kebaikan dan kasih sayang.

Menghidupkan spirit perjuangan. Menghidupkan tentang kerja keras dan militansi dalam berjuang. Kita harus mampu mewariskan nilai-nilai kemanusiaan. Memberi contoh yang baik buat orang-orang terkasih.

Mungkin hanya itu. Kita tidak punya keunggulan apa-apa. Maka, bila kita juga tak menanam apa-apa, maka tidak akan mungkin kita memanen atau memetik buahnya. Insya Allah kita bisa optimalkan proses.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline