Lihat ke Halaman Asli

Konstan Aman

Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Menyigi Fenomena Krisis Sumber Daya di Tengah Kelimpahan Sumber Mata Air di Kampung

Diperbarui: 4 April 2024   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi-- Siswa-siswi SDI Tuanio, Desa Pagomogo, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT memikul air ke sekolah, Senin (14/10/2019). (KOMPAS.com/NANSIANUS TARIS)

Baru-baru ini tepatnya menjelang memasuki pekan suci atau pekan perayaan Paskah kemarin, warga sekompleks sempat dihebohkan dengan kondisi selang atau pipa air yang sudah hampir lima hari tidak mengeluarkan air sama sekali. Semuanya jadi panik termasuk saya sendiri. Dan tentu sebagian besar luapan kepanikan itu datangnya dari mama-mama dari balik rumah tangga masing-masing.

Di tengah situasi demikian, algoritma psikologi masyarakat mulai timbul dalam bentuk saling mengumpat dan curiga. Kalau saja ada oknum yang sengaja merusak keran di bak penampung dan lain sebagainya.

Kejadian seperti ini tidak hanya sekali terjadi melainkan seolah-olah dirawat terus sampai kapan pun, bila tidak dikaji secara mendalam akar persoalannya.

Secara topografi, pemukiman penduduk di kampung terletak di bagian ketinggian. Hal ini senada dengan konsep strategis dari pembangunan yang sentral di bagian ketinggian itu. Namun, keadaan ini justru berlawanan dengan tempat sumber mata air bersih yang justru letaknya di lembah-lembah pemukiman warga.

Jika dikalkulasi secara real ada lebih dari 10 mata air bersih yang mengepung di keliling kampung namun posisinya justru di bagian yang sangat curam dari kampung.

Puluhan tahun sebelumnya, masyarakat selalu memanfaatkan semua sumber mata air yang ada untuk kebutuhan hidup dan lainnya dengan menempuh jarak yang jauh, naik turun bukit hanya untuk mendapatkan air bersih yang melimpah tersebut. Termasuk untuk mencuci, mandi dan lain sebagainya. 

Kini semenjak wajah pembangunan dan kebijakan pemerintah mulai menyentuh nadi kampung, beberapa sumber mata air yang ada sudah disulap dengan mesin penghisap air untuk kemudian disalurkan dengan pipa-pipa kecil menuju dapur dan kamar mandi masyarakat. 

Transformasi ini kurang lebih telah berjalan hampir dua tahun sudah. Tak ada lagi hiruk pikuk warga untuk menyerbu secara langsung di sumbernya. 

Potret Proyek Air Minum Di Kampung (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Namun, sebelum proyek ini dikerjakan, ada puluhan warga yang sempat mengambil jalan pragmatis dengan menggali sumur masing-masing di bagian belakang rumah. Kenyataan ini tentu muncul akibat kemendesakan kebutuhan rumah tangga akan air yang selalu tidak cukup. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline