Lihat ke Halaman Asli

Peran Penting Sektor Swasta dalam Implementasi Pertanian Berkelanjutan

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sistem pertanian berkelanjutan adalah pendekatan baru yang diperkenalkan oleh Food and Agricultural Organization (FAO) sebagai respon atas efek Revolusi Hijau seperti kekeringan, kesuburan tanah tergerus, menyebarnya hama tanaman, rusaknya keanekaragaman hayati, serta pencemaran udara, air dan tanah. Pertanian berkelanjutan memungkinkan petani meningkatkan hasil panen namun tetap menjaga kelestarian lingkungan. Sistem ini menerapkan praktik konservasi atau penyelamatan sumber daya alam (conservation agriculture), meminimalisir penggunaan lahan pertanian dengan beralih ke tanaman yang lebih produktif yang mampu menjaga kesuburan tanah.

Wakil Menteri Pertanian, Dr. Rusman Heriawan menjelaskan pertumbuhan penduduk di Indonesia yang masih tinggi (1,4% pertahun) dan bertambahnya porsi kelas menengah baru telah berpengaruh nyata pada peningkatan kebutuhan pangan bukan hanyadalam hal kuantitas tetapi juga kualitas.Pembangunan ketahanan pangan nasional ke depan harus mampu menopang ketersediaan pangan bagi masyarakat, yang bertumpu pada kekuatan dan keunggulan sumberdaya lokal sesuai dengan azas kemandirian pangan.

Penetapan strategi yang tepat dan penuh perhitungan dalam pengembangan sistem tentunya harus melibatkan banyak pihak antara lain pemerintah, petani, dan sektor swasta sebagai pelaku bisnis. Sektor swasta berperan sebagai konsumen sekaligus produser hasil-hasil pertanian. Sebagai konsumen perusahaan membeli bahan baku dari sektor pertanian. Martin Huxtable selakuProcurement Director Ingredients and Supplier DevelopmentUnilever Indonesia mengungkapkan bahwa setengah bahan baku Unilever berasal dari sektor pertanian dan kehutanan. Sehingga pasokan bahan baku yang berkelanjutan sangat penting bagi keberlangsungan kegiatan industri Unilever.

Pemerintah membentukmodel kemitraan yang dinamakan The Partnership for Indonesia Sustainable Agriculture (PISAgro), sebagai tindak lanjut World Economic Forum (WEF) bersama pelaku bisnis.PISAgro merupakan platform kerjasama antara perusahaan (pengguna input pertanian) dengan masyarakat petani komoditi tertentu dalam rangka memperkuat basis usaha perusahaan, memperbaiki kesejahteraan petani dan secara makro untuk antisipasi krisis pangan dan kesinambungan pertanian.PISAgro menetapkantarget 20-20-20 yaitu kenaikan produksi 20%, pengurangan emisi CO2 20%, dan pengurangan kemiskinan 20%.

Sebagai produsen, Unilever dalam upaya meraih target PISAgro telah membina kemitraan bersama lebih dari 9.000 orang petani kedelai hitam dan lebih dari 1.600 petani perempuan.Martin kembali menjelaskan Unilever juga menetapkan standar yang dinamakan Unilever’s Sustainable Agriculture Code (SAC) yang dapat digunakan untuk setiap jenis komoditas pertanian. Contohnya penetapan SAC sebagai standar kedelai hitam yang dijadikan bahan baku Kecap Bango.

Sertifikasi hasil pertanian penting agar hasil pertanian Indonesia diterima di seluruh dunia. Menurut Dr. Rusman Heriawan belum semua petani bersedia melakukan sertifikasi karena ditakutkan kuantitas akan berkurang lalu harganya mahal. Ke depannya diharapkan supaya sektor swasta lain yang berkecimpung di bidang pangan dapat mengedukasi petani tentang pentingnya sertifikasi hasil pertanian untuk menjamin kualitas hasil panen. Selain itu juga mengupayakan sertifikasi komoditas bahan bakunya tetapi tidak mengganggu gugat kuantitas dan harga. Para perusahaan yang telah tergabung dalam PISAgro dapat mengakhiri impor berbagai bahan mentah di negeri ini dengan berupaya teguh meraih target 20-20-20.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline