Assalamu'alaikum. Wr. Wb, Readers.
Lama juga ya aku ga bahas film. Gegara Covid-19, jadi ga ada film baru yang bisa ditonton. Iseng aku obok-obok satu aplikasi nonton, dan nemu film Pengejar Angin yang dirilis 2011, garapan Hanum Bramantyo.
Menurut aku sih, film ini luar biasa dari segala sisi. Cerita, view gambar, efek, kreo, cahaya sampai ke pemainnya. Ga heran sih kalo film ini bisa nyabet sejumlah nominasi dan penghargaan di berbagai ajang penghargaan film di Indonesia.
Aku coba kupas satu-satu ya, mungkin aku bahas dari sisi cerita ya.
C E R I T A
doc by Putaar Production
Berlatar alam dan budaya sebuah daerah kecil di Sumatera Selatan, Lahat, film ini mencoba melihat sisi lain dari mereka yang disebut dengan bajing luncat. Sekelompok orang yang dikenal rampok, yang membuat resah siapa pun yang melintas trans Sumatera-Jawa lewat jalur selatan ini.
Yah, dibalik ke ganasan atau kebrutalan bajing luncat ini, ada anak dan istri yang menanti mereka di rumah. Ga bisa dibenarkan apa yang mereka lakukan, karena imbasnya pun berdampak kekehidupan keluarga mereka. Ini tergambar jelas pada tokoh utama film ini, Dapunta yang diperankan oleh Qausar Harta Yudana, yang menjadi putra satu-satunya dan diharapkan menjadi penerus memimpin bajing luncat yang dipimpin ayahnya. Sayangnya, Dapunta memilih mengejar cita-citanya, walau tidak mudah karena predikatnya sebagai anak seorang jawara.
Konflik yang dibangun pada film yang bergenre drama action ini cukup menarik, dari mulai konflik ayah dan anak, antar remaja dan berdamai dengan kondisi demi mencapai cita-cita.
Ada unsur cerita rakyat yang dimasukkan dalam cerita film ini, adanya harimau, biasa disebut datu, yang menjadi "pelindung" bagi pemimpin bajing luncat yang didapat secara turun temurun, sedikit unsur mistis yang dimasukkan dengan sangat halus. Dan memang harus ada kalau bicara tentang bajing luncat di tanah Sumatera.