Lihat ke Halaman Asli

Asal Usul Pulo Kemaro

Diperbarui: 9 Februari 2016   15:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Alkisah di kerajaan Sriwijaya hiduplah seorang raja, ia memiliki putri yang cantik jelita. Gadis itu bernama Siti Fatimah, tidak hanya cantik namun ia juga berperangai baik dan sopan, tutur katanya juga sangat santun dan lembut. Sudah banyak pemuda yang kagum dan jatuh hati oleh paras elok dan kebaikan perangainya  namun tidak ada satupun dari mereka yang berani melamar sang putri. Mereka tidak memiliki nyali untuk menghadapi kedua orang tua Siti Fatimah yang menginginkan putrinya menikah dengan bangsawan kaya raya.

            Hingga saat itu datanglah pemuda dari negeri Tiongkok yang bernama Tan Bun Ann. Pangeran dari kerajaan Tiongkok  ini datang untuk berniaga dan mengembangkan usahanya di negeri Palembang. Sebagai pendatang sang pemuda menemui Raja Sriwijaya untuk mengutarakan maksud kedatangannya. Raja yang mendengar itu memperbolehkan Tan Bun Ann untuk tinggal di negerinya dengan syarat pangeran dari negeri Cina itu membagi sebagian dari keuntungan dagangnya kepada kerajaan.

            Sejak saat itu Tan Bun Ann datang setiap minggunya ke istana untuk membagi sebagian dari hasil dagangnya kepada Kerajaan Sriwijaya. Waktu terasa berjalan begitu cepat, Sang Pangeran tetap datang ke Istana secara rutin hingga suatu hari ia berpapasan dengan Putri Raja. Siti Fatimah menyambut kedatangan Tan Bun Ann dengan bahagia, mereka berkanalan dan seiring dengan waktu berjalan mereka menjadi teman dekat. Dengan tidak sabar mereka puteri raja menunggu setiap minggu untuk kembali bertemu kembali dengan Tan Bun Ann. Hal yang sama juga dirasakan oleh sang Pangeran.

            Secara tidak sadar perasaan nyaman yang awalnya mereka rasakan kepada satu sama lain bersemi menjadi sesuatu yang lebih indah. Setelah mengetahui perasaannya kepada Siti Fatimah ternyata terbalas, mereka memutuskan untuk menjalin hubungan. Hingga akhirnya Putra dari negeri Cina itu memutuskan untuk meminang sang Putri.

            Sang Raja terdiam sejenak setelah Tan Bun Ann mengatakan lamaran yang ditujukan kepada anaknya. Tan Bun Ann adalah seorang putra Raja Cina yang kaya sesuai dengan keinginannya dan istrinya tentang pemuda yang boleh menikahi anaknya. Raja Sriwijaya memutuskan bahwa ia menyetujui putra Raja Cina itu untuk menikah dengan anak gadisnya. Namun ayah Siti Fatimah memberikan syarat yaitu, Tan Bun Ann harus membawa sembilan guci berisi emas. Tanpa ragu pria itu bersedia memenuhi syarat dari sang Raja.

            Tidak lama dari itu Tan Bun Ann segera mengirim utusan ke kampung halamannya ia mengirimkan surat tentang pernikahannya dengan putri Raja Sriwijaya. Setelah menunggu cukup lama akhirnya kurir itu kembali membawa surat balasan dari orang tuanya. Orang tua Tan Bun Ann senang dengan kabar pernikahan putra kesayangan mereka, sayangnya mereka tidak dapat menghadiri acara penting itu. Sebagai gantinya mereka akan membawakan sembilan guci berisi emas ke Kerajaan Sriwijaya. Tapi tanpa sepengetahuan Tan Bun Ann kedua orang tuanya menaruh tumpukan selada diatas emas-emas tersebut agar tidak mengundang perhatian bajak laut.

            Setelah mendapat kabar bahwa rombongan utusannya telah kembali. Tan Bun Ann, Siti Fatimah beserta keluarganya pergi ke Dermaga Sungai Musi untuk memeriksa guci berisi emas tersebut.  Para pengawal putra Negeri Cina itu langsung bergegas membawa guci-guci berisi emas tersebut. Ketika kesembilan guci telah di sodorkan dihadapannya tanpa basa-basi Tan Bun Ann langsung memeriksa guci kesatu. Namun begitu terkejutnya ia ketika melihat guci itu hanya berisi salad yang sudah membusuk.

            Wajah Tan Bun Ann memerah karena memendam amarah yang hampir memuncak. Ia sangat malu, apa yang akan mertuanya katakan ketika melihat benda hijau yang sudah membusuk ini dan bukannya emas? Tentu mereka akan jengkel dan merasa dipermalukan. Tan Bun Ann masih menyimpan harapan besar, mungkin saja ketika ia melihat guci selanjutnya ia akan melihat gemerlap emas. Namun harapan itu sirna ketika benda hijau itu juga ada di guci selanjutnya.

Kesal dengan penemuannya, pria itu membuang guci-guci lainnya ke Sungai Musi tanpa memeriksa apa yang ada di dalamnya. Ia berhenti melakukan hal itu ketika kakinya menyenggol guci terakhir. Emas batangan berserakan keluar dari guci yang pecah. Baru sadar akan kesalahan fatalnya, ternyata emas-emas itu tersembunyi dibawah sawi yang sudah membusuk. Dengan pengawal setianya Tan Bun Ann terjun ke Sungai Musi untuk mengambil kembali guci berisi emas itu.

Dengan perasaan cemas Siti Fatimah menunggu calon suami dan pengawalnya, namun mereka tidak kunjung tiba. Akhirnya gadis itu bersama dayangnya memutuskan untuk menyusul Tan Bun Ann dan menceburkan diri ke Sungai Musi. Sebelum pergi Siti Fatimah berkata kepada penghuni kapal.

“Jika ada tumpukan tanah di tepian sungai ini, berarti itu kuburan saya.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline