Lihat ke Halaman Asli

Alvin Haidar

Chemical engineer in the making

Majelis Ide Muslim 4.0 (Part 2/3)

Diperbarui: 27 Desember 2018   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

(Lanjutan)

 Rasulullah SAW pernah bersabda  dalam suatu hadis yang isinya,

"Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya." Maka seseorang bertanya: Apakah karena sedikitnya jumlah kita?" "Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan." Seseorang bertanya:"Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?" Nabi shollallahu 'alaih wa sallam bersabda:"Cinta dunia dan takut akan kematian." (H.R. Abu Dawud)

Muncul suatu kegelisahan besar dari apa yang bisa kita petik dari isi hadis di atas. Nampaknya kejadian nyata memang sedang melanda jiwa pemuda-pemudi bangsa ini. Tidak dipungkiri pemuda muslim di Indonesia memiliki jumlah yang begitu besar, namun berapakah persentase pemuda muslim yang benar-benar memaknai Islam sebagai salah satu way of life-nya? 

Berbagai problematika umat Islam di Indonesia di zaman sekarang sungguh mengkhawatirkan. Toleransi umat beragama, perpecahan pandangan politik dan golongan, hingga terorisme beratasnamakan agama Islam kian menambah polemik dalam tubuh Islam di Indonesia. 

Kejadian-kejadian tersbut menumbuhkan sifat antipati terhadap kondisi umat Islam dan menurunkan semangat pemuda muslim untuk belajar lebih tentang Islam. Alhasil, status muslim hanya menjadi penghias KTP semata dengan isi kepala yang telah diracuni oleh konten-konten negatif dari negara-negara luar. 

Tidak sedikit paham sekuler dan liberal pun tumbuh dari diri tiap pemuda muslim sebagai bentuk kekecewaan terhadap kondisi umat Islam kini serta tidak adanya role model muslim yang dapat dijadikan panutan dalam kehidupan.

Transformasi metode dakwah Islam di kalangan pemuda membutuhkan suatu perubahan yang revolusioner. Tanpa mengurangi atau mengubah nilai-nilai Islam yang ada pada konten tiap dakwah, metode yang tepat guna menunjang kebutuhan Generasi Z akan membuat dakwah menjadi lebih efektif, efisien, dan ekonomis. 

Akses teknologi yang begitu cepat serta keterbukaan informasi yang ada seharusnya mampu membawa dakwah di kalangan pemuda tidak hanya bersifat pasif namun juga partisipatif serta aplikatif. Tantangan dakwah pemuda muslim dewasa ini bukan hanya terkait dengan kapabilitas pengetahuan agama, ketersampaian dan konten materi saja. 

Namun sekaligus mampu menjadi role model sesuai profesi serta bidang yang digeluti tiap pemuda muslim. Sehingga melalui prestasi dan karya, dakwah Islam tidak hanya bisa digaungkan oleh orang yang memiliki kapabilitas lebih saja dalam ilmu agama, namun juga oleh pemuda muslim yang berasal dari berbagai rumpun keilmuan dengan semangat menyebarkan dakwah Islam yang sama.

Melalui berbagai ulasan di atas terdapat 3 inti sari penting dari tantangan dakwah Islam terhadap Generasi Z di massa kini yang hendaknya menjadi fokus utama, yakni sebagai berikut:

  • Sedikitnya jumlah pemuda muslim yamg mampu menjadi role model lewat prestasi dan karya yang dimiliki
  • Pemuda muslim yang memiliki kapabilitas dalam ilmu agama tidak memiliki ghirah berkarya, sebaliknya terdapat pemuda muslim yang memiliki karya namun belum terpaparkan oleh nilai-nilai Islam
  • Arus informasi dan teknologi cepat  banyak berisikan konten negatif, hoax, serta debat kusir  pendapat yang condong memecah belah umat Islam.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline