Lihat ke Halaman Asli

Althaf Tibyan

Customer Service Consultant

Antara Fungsi dan Esensi

Diperbarui: 29 Agustus 2020   11:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sahabat Kompasiana, 

Di zaman sekarang sudah bukan rahasia lagi jika kualitas layanan yang kita terima dari perusahaan penyedia barang dan jasa yang kita beli atau kita manfaatkan sering kali sangat jauh dari harapan kita sebagai customer. 

Beberapa hal utama yang menyebabkan buruknya kualitas layanan tersebut adalah karena kurangnya kepedulian kepada customer, terjebak dalam kesibukan dan rutinitas harian, hingga mentalitas para karyawan penyaji layanan yang cenderung menggunakan pendekatan transaksional dalam menyajikan layanannya. 

Saya memiliki contoh pengalaman yang masih hangat terkait buruknya kualitas layanan. Minggu lalu saya mencoba membeli sepeda mini dari tiga produsen sepeda yang sudah cukup ternama di tanah air. Sebut saja nama perusahaannya: X, Y dan Z. Saya memulainya dengan mengecek produk terlebih dahulu di website masing-masing, lalu menghubunginya via media whatsapp (WA), hingga menelpon langsung. Proses yang seharusnya mudah, praktis dan menyenangkan ternyata malah sebaliknya.

  1. Perusahaan X. Saya memilih X karena memang mereka Top of Mind buat saya. Saya sudah memiliki satu produknya sejak lama dan barangnya masih bagus serta berfungsi hingga saat ini, ditambah beberapa outletnya dekat dengan tempat tinggal saya. Singkat cerita saya menghubungi dua outlet yang berada di Selatan Jakarta. Sejak awal kesan yang saya terima sudah kurang baik. Respon via WA saja baru dijawab setelah beberapa jam! Balasan yang diberikan juga tidak menunjukkan keinginan untuk membantu, menggali kebutuhan customer ataupun menawarkan bantuan untuk mencarikan stok di outlet lain karena kebetulan barang tersebut tidak ada. Jawabannya pendek-pendek dan seperlunya saja seakan-akan situasi di outlet sedang super sibuk melayani customer lain sehingga saluran yang dibuka via WA hanya menambah beban pekerjaan dan mengganggu rutinitas saja. Pada saat saya tanyakan apakah saya bisa memesan, mereka hanya menjawab tidak bisa menjanjikan kapan barang akan tersedia. Tidak ada antusiasme sama sekali dengan bisnis yang akan diberikan oleh customer! Catatan: pengalaman ini cukup negatif buat saya sebagai existing customer yang ingin melakukan pembelian ulang.

  2. Perusahaan Y. Karena kecewa dengan layanan X, saya mencoba membelinya dari Y. Meskipun pilihan produknya banyak dan bagus, di website tidak ada informasi tentang lokasi outletnya sama sekali. Karena tidak tersedia media chat, saya memutuskan untuk menghubungi dua nomor telepon yang tertera di website tersebut. Sayangnya kedua nomor tersebut sama sekali tidak bisa dihubungi! Bahkan setelah saya coba hingga belasan kali dengan jeda waktu yang cukup lama. Catatan: untuk apa mencantumkan nomor telepon apa bila tidak bisa dihubungi oleh customer? Untuk apa susah-susah mempercantik tampilan website apabila customer tidak bisa membeli produk yang Anda tawarkan? Pengalaman negatif ini membuat customer mengurungkan niat untuk membeli produk Anda.

  3. Perusahaan Z. Ini yang paling parah. Meskipun di website tersedia media komunikasi berupa WA dan berstatus sedang online, saat saya bertanya tentang ketersediaan produk yang saya cari, tidak ada respon sama sekali atas pertanyaan saya. Saya tunggu hingga 1 s/d 2 jam kemudian juga tidak ada balasan. Karena kesal saya sampai mengirimkan pesan kembali yang bunyinya: "jika Anda tidak bisa atau tidak mau membantu konsumen, sebaiknya tidak usah membuka saluran komunikasi!" -- sambil berharap akan ada respon. Namun itupun ternyata tidak digubris. Sungguh menyedihkan! Catatan: sebaiknya sebelum menyediakan saluran komunikasi, pastikan komitmen Anda terlebih dahulu. Jangan menciptakan kesan negatif di mata customer ataupun calon customer Anda.

Pelajaran yang dapat diambil dari contoh pengalaman di atas adalah: di dalam kondisi apapun terutama di kondisi pandemi seperti sekarang ini - di mana customer sangat membutuhkan layanan dari jarak jauh - pastikan layanan Anda tetap berkualitas, bisa bersifat personal, dan dapat memahami serta menghargai kebutuhan customer Anda. 

Selanjutnya tidak kalah pentingnya adalah sejauh mana pemahaman Anda atau karyawan Anda tentang Fungsi dan Esensi dari pekerjaan Anda khususnya dalam melayani customer. Steve Curtin dalam bukunya Delight Your Customers menerangkan perbedaan di antara keduanya sbb:

  1. Fungsi adalah tugas pokok dari jabatan atau posisi Anda. contohnya:

  • Menjawab telepon

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline