Lihat ke Halaman Asli

almaine

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Impian yang Benar-benar Mimpi

Diperbarui: 18 Oktober 2022   17:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dia tersenyum kepadaku, senyumnya masih sama saat dia masih menjadi malaikat kecil, sekarang dia sudah beranjak dewasa, bahkan lebih dewasa dari aku. 

Dahalu kami adalah sahabat yang saling menyayangi, dia menjagaku seperti adiknya sendiri dan akupun menganggapnya seperti abangku sendiri.

Kami bersahabat sejak SD, saat itu aku berada di kelas 2 SD dan dia sudah menginjak kelas 4 SD, namun karena dia harus mengikuti ayahnya untuk tinggal di Bandung, karena pekerjaan ayahnya yang memang berpindah-pindah, akhirnya kami pun harus berpisah. 

Saat itu dia baru akan menginjak kelas 6 SD dan aku baru saja naik ke kelas 4, di tahun ajaran baru, aku benar-benar tidak melihatnya lagi, dia pergi bagai tertelan bumi, hilang begitu saja tanpa ada pesan sedikitpun untukku.

Aku selalu manangisi kepergiannya, bagiku dia sudah menjadi sebagian dari hidupku, dan sampai detik ini aku tak akan menyangka akan bertemu dengannya lagi di tempat yang sangat tak terduga.

"Haii" dia menegur membuyarkan lamunanku

"Ohh....haii" jawabku dengan sedikit kaget

"Haura, apakah benar kamu adalah Haura Lovina Anderson" tanyanya

"I-ii yaa, Aku Haura"jawabku masih gugup

Tiba-tiba dia memelukku dan menangis di pundakku, mataku memanas ada butiran-butiran air mataku yang terjatuh, tangisnya semakin kuat, pelukannya semakin erat, ternyata dia juga merasakan apa yang selama ini aku rasakan, yaitu rindu.

Dia pun melepas pelukannya dan beralih menatap mataku yang telah basah karena air mata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline