Lihat ke Halaman Asli

Dari Asinan hingga Gorengan, Cerita tentang Berbagai Macam Takjil di Bulan Ramadhan

Diperbarui: 6 Mei 2021   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagai macam gorengan yang dijual. Foto: Alifia

Jika kamu berjalan-jalan tepat setelah adzan Ashar berkumandang, maka sepanjang jalan akan kamu temui jejeran gerobak dengan berbagai jenis makanan atau minuman dijual, meja besar beralaskan terpal yang diatasnya tertata baskom-baskom berisi aneka goreng-gorengan, toples es buah, atau berbungkus-bungkus kolak. Sebuah pemandangan khas yang hanya bisa ditemui di bulan Ramadhan saja.

            Sayangnya, dua kali puasa ini, Pandemi COVID-19 mengharuskan kita untuk menjalankan ibadah puasa di rumah. Terutama dalam hal beribadah Tarawih dan shalat Idul Fitri, semuanya harus dijalankan sendiri-sendiri. Meski tidak semua, sih. Beberapa masjid sudah mulai menggelar ibadah bersama asalkan tetap mematuhi protokol kesehatan.

            Sudah pasti momentum Ramadhan meninggalkan kesan yang mendalam bagi umat Muslim. Selain di bulan ini semua orang berlomba-lomba memetik pahala dengan serangkaian perbuatan baik, mereka  juga berburu takjil. Takjil menjadi istilah yang dipakai untuk menyebut kudapan manis yang dibeli sebagai panganan berbuka puasa. Meskipun pada kenyataannya, takjil tidak harus selalu manis. Sementara kegiatan jalan-jalan mencari takjil ini disebut ngabuburit. Dan kegiatan ngabuburit ini juga tergantung dari masing-masing pribadi karena beberapa orang pun lebih memilih membuat takjil sendiri di rumah.

            Biasanya, nih, orang-orang mencari takjil yang berada di sekitar lingkungan mereka. Nah, salah satu penjual takjil yang ada di daerah lingkungan saya berada ngumpet di belakang Mushola Nurul Hidayah. Penjualnya bernama Rika Sarah.

            Ibu rumah tangga ini sudah cukup lama menekuni usaha berjualan takjil. Bila di hari-hari biasa, dia menjual mie ayam, seblak, es, dan semacamnya. Namun khusus di bulan puasa, dia menjual gorengan. Yang dijual pun bermacam-macam. Ada tahu, ada tempe, ada lontong, bakwan, dan goreng-gorengan yang biasa dijual di jajanan takjil manapun. Semuanya dijual dengan harga Rp. 1.500.

            "Dalam sehari, tuh, minimal aku bikin 5 liter beras buat lontong, kalau buat goreng-gorengannya semuanya 30 atau 40 buah," katanya ketika ditanya berapa banyak takjil yang dibuat dalam sehari. Dalam sehari, dia mengaku bisa menghabiskan bahan baku hingga dua setengah kilogram.

            Rika mengolah semuanya sendiri untuk goreng-gorengan, tapi untuk lontong, dia meminta bantuan orang lain untuk membungkusnya. Pembelinya pun rata-rata dari tetangga sekitar. Omong-omong, kalau mau membelinya, kamu harus pesan dulu minimal sejak siang karena kalau sudah lewat pukul 3, dagangannya sudah habis terjual. Waktu saya datang untuk wawancara kemarin, saya hanya mendapat dua tempe dan dua bakwan karena sisa dagangan yang lain telah menjadi pesanan orang.

            Selain goreng-gorengan, makanan yang bisa kamu beli untuk takjil berbuka puasa adalah asinan. Asinan sendiri adalah buah dan sayur dan dibuat dengan proses pengacaran, memiliki cita rasa asam manis agak pedas yang cocok banget buat menyegarkan kamu setelah berbuka puasa. Yang pastinya tidak boleh dimakan langsung setelah baca doa berbuka, ya. Perut harus diisi dengan makanan lain dulu supaya tidak sakit perut.

            Nah, salah satu penjual asinan yang terkenal di daerah rumah saya adalah milik Fitriyani. Wanita yang juga sehari-harinya adalah ibu rumah tangga ini telah menjalani usaha asinan dan rujak bersama suaminya selama kurang lebih 3 tahun. Tidak hanya asinan, di bulan puasa seperti ini, Fitriyani juga menjual kue-kue dan parsel lebaran. Bahkan sejak jam 10 pagi, dia sudah sibuk menyusun adonan nastar di atas loyang.

            Dalam sehari, Fitryani dapat membuat 30 bungkus asinan. Untuk target pembeli, selain tetangga, Fitryani juga menjual secara online. "Kita buka buat Gojek dan Go-Food dengan keuntungannya 100 ribu sehari." Kata Fitryani. "Kendalanya kalau jualan online, sih, suka ada yang batalin pesanan. Terus bahan baku kayak cabai gitu suka mahal di pasaran. Jadi waktu cabai lagi mahal kita berhenti dulu jualan. Kalau naikin harga kasihan, takutnya keberatan," lanjutnya mengungkapkan kendala yang dihadapi selama berjualan.

             Fitriyani mematok harga untuk asinan sebesar Rp. 5.000. Sementara kue-kue kering, dilabeli dengan harga 40-70 per-toples.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline