Al-Zaytun: Menyemai Peradaban dari Setetes Air, Cahaya Ilmu, dan Imam.
Oleh : Dr. Ali Aminulloh, S.Ag., M.Pd.I., ME
Dari Revolusi Pendidikan Menuju Taman Peradaban
Di tengah arus globalisasi dan derasnya disrupsi teknologi, Al-Zaytun hadir sebagai oase pembaruan pendidikan bangsa. Dengan visi besar untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional, Syaykh Al-Zaytun Abdusalam Rasyidi Panji Gumilang menggagas transformasi pendidikan revolusioner berasrama menuju model pendidikan modern abad XXI, yang berpadu antara norma hukum, sains, teknologi, rekayasa, seni, dan spiritualitas .
Sebagai bentuk kontribusi nyata bagi Indonesia, beliau mengusulkan kepada negara untuk membangun sentra pendidikan berasrama di 500 kota di Indonesia. Sebuah gagasan strategis yang diarahkan guna menjemput kemajuan menuju Indonesia Emas 2045, sekaligus mempersiapkan generasi muda yang siap menghadapi kompleksitas abad pengetahuan dan teknologi.
Untuk memperkaya wawasan dan memperdalam refleksi keilmuan, sejak 1 Juni 2025, setiap hari Ahad, Al-Zaytun secara rutin menggelar pelatihan pelaku didik dengan menghadirkan para profesor dan guru besar dari berbagai perguruan tinggi terkemuka. Forum ini menjadi laboratorium pemikiran reformasi pendidikan berbasis LSTEAMS (Law, Science, Technology, Engineering, Art, Mathematics, and Spirituality)---sebuah paradigma integratif yang menyatukan ilmu pengetahuan, seni, dan ruh peradaban.
Pada Ahad, 5 Oktober 2025, tepat di pekan ke-17 serial kuliah umum tersebut, Al-Zaytun mengundang Prof. Dr. Ir. H. Aswandi Idris, M.Si., Guru Besar Hidrologi dari Universitas Jambi, yang dikenal luas sebagai akademisi sekaligus aktivis lingkungan dan pendidikan. Dalam kesempatan itu, Prof. Aswandi tidak hanya berbicara tentang air dan ekologi, tetapi juga tentang kehidupan, iman, dan masa depan pendidikan Islam.
Langit Al-Zaytun sore itu tampak teduh, seolah turut menyimak setiap kalimatnya yang mengalir lembut namun sarat makna. Ia memulai dengan ungkapan takzim kepada Syaykh Panji Gumilang dan seluruh civitas Ma'had Al-Zaytun, sembari menyampaikan kekagumannya pada sosok pemimpin yang, menurutnya, "memikirkan apa yang tidak dipikirkan orang lain."
"Dulu lahan ini gersang," ujarnya, "sekarang menjadi titik pertumbuhan." Kalimat itu menggambarkan bukan hanya perubahan fisik, tapi juga transformasi spiritual dan intelektual. Bagi Prof. Aswandi, Al-Zaytun telah melahirkan model pendidikan yang menjawab tantangan zaman: pendidikan yang menanamkan ilmu, iman, dan tanggung jawab terhadap bumi.
Ia menyebut perjuangan Al-Zaytun sebagai "pendidikan totalitas"---sebuah sistem yang tak hanya mendidik murid, tetapi juga keluarga, masyarakat, dan lingkungan. "Saya lihat Al-Zaytun luar biasa," ujarnya kagum, "tidak hanya murid yang dididik, warga dan wali murid pun ikut dididik." Dalam satu kalimat yang meneduhkan, ia menegaskan, "Inilah pendidikan sejati---pendidikan yang menghidupkan kehidupan." Nara Sumber bersama Sekretaaris Panitia (Dokumen Panitia Al-Zaytun)
Air: Sumber Kehidupan dan Cermin Ketundukan kepada Tuhan