Lihat ke Halaman Asli

Alfie Novriansyah

Merchandiser Development

Pengantar: Ketika Doa Turun bersama Hujan

Diperbarui: 23 Juni 2025   10:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Hujan | Vecteezy 

Hujan terus turun dengan sengaja

Diselipkannya doa dalam tiap butirnya

Dan angin tiupkan sejuk syahdunya

Sampailah doa pada tiap hembusnya

Ada sesuatu yang selalu menyentuh ketika hujan turun. Bukan hanya tentang udara yang berubah menjadi sejuk, atau aroma tanah yang menguar, tapi tentang ketenangan yang datang bersamanya. Dalam tenang itu, aku menulis puisi ini: "Pengantar." Puisi yang tidak panjang, tidak pula rumit. Tapi menyimpan perasaan yang dalam --- tentang doa, harapan, dan kepercayaan bahwa alam bisa menjadi penyampai rasa, sebagai kendaraan bagi harapan-harapan yang tak sempat terucap.

Hujan, Doa dan Angin

"Hujan terus turun dengan sengaja," aku pilih untuk membuka ruang makna. Seolah hujan bukan hanya fenomena alam biasa, melainkan sesuatu yang hadir dengan tujuan. Dalam larik berikutnya, aku menyisipkan doa dalam tiap tetesnya, melambangkan sebuah harapan, yang mungkin saja kecil, tapi tulus.

Lalu angin yang aku sebut dalam puisi ini bukan sekadar tiupan, tapi juga pengantar, ia membawa kesegaran sekaligus menyampaikan pesan. Aku membayangkan angin berbisik lembut, mengalirkan harapan-harapan itu ke tempat yang tak terjamah oleh raga atau kata-kata.

Menulis tanpa Terlalu Banyak Rencana

Puisi ini ku tulis tanpa ada draf yang panjang, tanpa kerangka yang utuh. Hanya ada suara hujan jatuh perlahan menemani, membuat suasana hati menjadi damai. Terkadang, puisi memang datang seperti itu, tak direncanakan. Bukan karena ingin terlihat hebat, tapi karena ada gejolak dalam diri yang perlu diluapkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline