Lihat ke Halaman Asli

Alfian Khamal Mustafa

Yayasan Gita Pertiwi Indonesia

Membangun Aktor Pertanian Berkelanjutan Melalui Pelatihan Budidaya Regenerative Agriculture

Diperbarui: 3 September 2025   10:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengantar Materi Awal Regenerative Agriculture

Kegiatan Regenerative Argiculture telah dilaksanakan oleh Yayasan Gita Pertiwi pada (22/23-6) di Gedung Pertemuan Desa Ngrombo, Sukoharjo. Acara ini merupakan rangkaian kegiatan dari Sekolah Lapang (SL) Bawang Merah yang merupakan sebuah inistatif dari Gita Pertiwi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan keberlanjutan budidaya.

Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak yang terkait, mulai dari: Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, dan Nguter. Lalu juga terdapat sejumlah Kelompok Tani (KT) dan Kelompok Tani Wanita (KWT) dari berbagai kecamatan seperti: KT Boga Sari, KT Subur Makmur, Sido Makmur (Kecamatan Nguter), KT Boga Tani (Kecamatan Sukoharjo), KT Adil Makmur, KT Mertosari 2, dan KWT Putri (Kecamatan Bendosari) serta KWT Murakapi (Kecamatan Polokarto). Gita Pertiwi juga turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini dalam bentuk memperkaya diskusi dan praktik yang dilakukan.

Tujuan utama dari pertemuan ini sangat komprehensif. Pertama, peserta diperkenalkan dengan arah kebijakan (road map) dari Dinas Pertanian Sukoharjo terkait peningkatan produksi hortikultura, khususnya bawang merah. Kedua, fokus utama adalah ToT Regenerative Agriculture dan Ekologi Tanah, lalu memberikan pemahaman mendalam tentang praktik pertanian yang memulihkan dan berkelanjutan (sustainable agriculture).

Rangkaian kegiatan pun diawali pada hari pertama dengan pemaparan kebijakan Dinas Pertanian Sukoharjo mengenai peningkatan produksi bawang merah dan peran krusial petani milenial. Petani milenial diharapkan dapat mengubah paradigma pertanian menjadi lebih menarik dan menjanjikan, terutama dengan komoditas unggulan seperti bawang merah yang memiliki minat dan kebutuhan pasar tinggi, serta potensi besar dalam meningkatkan pendapatan petani di Sukoharjo. Kebijakan ini mencakup penerapan lahan pertanian berkelanjutan, penyediaan benih unggul, peningkatan dukungan sarana produksi dan teknologi, pengembangan SDM, perbaikan jaringan pemasaran, pengembangan produk hortikultura, serta penyuluhan dan pendampingan.

Selanjutnya, materi mengenai Regenerative Agriculture disampaikan oleh Gita Pertiwi, Gita Pertiwi pun menyoroti tantangan krisis pangan akibat degradasi lahan dan perubahan iklim. Solusi yang ditawarkan adalah transformasi sistem pangan menuju pangan yang bergizi, inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan melalui sistem pangan lokal. Tiga elemen penting yang harus diregenerasi dalam pertanian adalah tanah, air, dan pelaku pertanian. Pemahaman tentang ekologi tanah juga menjadi fokus, termasuk sifat biologi, fisika, dan kimia tanah yang dapat diuji menggunakan PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah). Peserta juga diberikan penjelasan tentang tata cara pengambilan sampel tanah yang tepat untuk pengujian.

Pada hari ke dua, pelaksanaan kegiatannya pun diisi dengan materi teknis pembuatan saprotan organik yang dibutuhkan mulai dari pengolahan tanah hingga panen. Berbagai jenis saprotan dijelaskan dan dipraktikkan, seperti POP (Pupuk Organik Plus) untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50%, POC (Pupuk Organik Cair) berbahan dasar urine sapi/kambing untuk fase vegetatif, dan POC pembesar umbi untuk fase generatif. Selain itu, diajarkan pula pembuatan biosaka dari ekstrak rumput untuk ketahanan tanaman terhadap cuaca ekstrem, serta fungisida nabati (sulfur dan kapur), pupuk silika, dan insektisida nabati dari kencur, cabai rawit, dan bawang putih. Pembuatan insektisida hayati dengan agen Bacillus thuringiensis untuk mengendalikan ulat grayak dan ulat bawang, serta perangkap yellow sticky trap juga menjadi bagian penting dari pelatihan ini.

Pembuatan Pupuk Organik

Setelah sesi praktik, dilakukan perencanaan jadwal lanjutan dari Sekolah Lapang (SL) Bawang Merah bersama para peserta. Jadwal ini merinci sembilan pertemuan lanjutan yang akan dilaksanakan dalam berbagai bentuk meliputi kegiatan budidaya mulai dari: pengenalan Reg Agri dan ekologi tanah, perencanaan dan pembuatan saprotan, pengelolaan lahan, penanaman, pemupukan dan pemeliharaan, pengamatan rutin, hingga pembahasan panen dan evaluasi. Setiap pertemuan memiliki bahan materi dan pemateri yang jelas, memastikan peserta mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang komprehensif sepanjang siklus tanam bawang merah.

Secara keseluruhan, kegiatan ini memberikan manfaat yang signifikan bagi para peserta. Mereka memperoleh pemahaman mendalam mengenai kebijakan Dinas Pertanian Sukoharjo dalam pengembangan komoditas hortikultura, khususnya bawang merah. Peserta juga memiliki akses langsung untuk menyampaikan keluhan dan kebutuhan kelompok taninya kepada Kepala Dinas Pertanian Sukoharjo. Selain itu, mereka dapat memahami prinsip-prinsip regenerative agriculture, di mana mereka pun mulai menyadari pentingnya pertanian yang sehat dan berkelanjutan, serta menguasai penggunaan PUTS dan teknik pengambilan sampel tanah. Dampak paling nyata adalah peserta kini memiliki dasar pengetahuan dan keterampilan untuk mengimplementasikan budidaya bawang merah yang lebih sehat, efisien, dan berkelanjutan, selaras dengan tujuan besar untuk memenuhi kebutuhan pangan sehat dan bergizi bagi masyarakat melalui sistem pangan lokal.

Tak lupa, diharapkan pelaksanaan ToT Regenerative Agriculture ini menjadi fondasi kuat bagi masa depan pertanian di Sukoharjo dalam bentuk membekali petani, terutama generasi milenial dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menciptakan sistem pangan yang tidak hanya produktif, tetapi juga ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline