Lihat ke Halaman Asli

Alfatiya Haura

Nothing is Imposible

Detik Terakhir

Diperbarui: 30 November 2020   15:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi yang indah, sinar mentari menerangi kamarku. Aku bergegas pergi ke sekolah. Sesampainya di sekolah, kudapati teman-temanku, yang sibuk dengan persiapan untuk ujian nasional. Bel pun berdering, kami memasuki kelas masing-masing, dan duduk di bangku yang telah ditentukan. Ujian pun dimulai, di pertengahan ujian seorang siswa bertanya kepadaku tentang jawaban dari soal yang ada di kertas ujian.

Aku kebingungan apa yang harus aku lakukan, kalau aku memberinya jawaban nanti dia dapat nilai yang bagus bukan karena hasilnya sendiri, tapi hasil dari teman lain. Jadi, ku putuskan untuk tidak memberinya jawaban dari soal yang dia tanyakan itu, karena aku menjawab soal sesuai dengan apa yang telah aku pelajari. Aku tidak memberinya jawaban, lalu dia marah, tapi aku tak peduli toh dia yang salah.

Pengawas yang merasakan ada kejanggalan pun datang menghampiri kami. Kupasang wajah santai, tanda kami tidak kenapa-kenapa. Ujian pun selesai, kini tinggal menunggu hasilnya. Sembari menunggu hasil ujian, aku menolong ibu di rumah, mengerjakan pekerjaan rumah, setelah pekerjaan rumah selesai aku menambah hafalanku sedikit demi sedikit. Itulah yang aku lakukan sehari-hari selagi menunggu hasil dari ujian keluar. Ternyata hari ini hasilnya keluar, aku pergi menuju sekolah untuk melihat hasilnya.

Selama di jalan, hatiku resah, takut, deg-degan, semuanya bercampur aduk di pikiranku. Sesampainya di sekolah, teman-temanku sudah banyak yang datang, setelah itu Ibu Guru memberitahu kami kalau kami semua LULUS, alhamdulillah.

“Sebentar lagi hasilnya akan dipajang, kalian sabar sebentar yaa ....” Kata Bu Guru.

Mendengar perkataan ibu guru kami merasa gembira, dan tak sabar untuk melihat hasilnya. Setelah hasilnya di pajang, kucari namaku. Ternyata namaku ada di bagian atas, nomor 3. Aku sangat bahagia sekali, teman-temanku mengucapkan selamat kepadaku.

Aku pun bergegas pulang ke rumah, ingin memberitahu bunda dan ayah tentang hasil ujianku ini. Aku pulang bersama 2 sahabatku, mereka berdua alhamdulillah mendapatkan nilai yang bagus, Hersha mendapatkan nilai di urutan ke 2, sedangkan Sisri mendapatkan nilai di urutan ke 9. Kami sangat senang, bersyukur kepada Allah, orang tua, karib kerabat, serta teman-teman yang telah menyemangati kami selalu dari pertama perjuangan samapai akhir perjuangan ini.

Setelah itu kami pergi jalan-jalan ke suatu tempat yang sangat bagus sekali, aku duduk bersama dua sahabatku, Hersha dan Sisri. Subhanallah ... tempat itu sangatlah indah, kami sangat menikmati pemandangan disana, sehingga tidak terasa kalau waktu akan memisahkan kita.

Setelah Ujian Nasional kami mencoba mendaftar ke SMA, MAN, atau SMK. Aku dan Hersha akan melanjutkan ke MAN, tapi tidak dengan Sisri yang memutuskan untuk melanjutkan ke SMK. Dia bercerita kepadaku dan Hersha kenapa dia mau menyambung ke SMK. Sebenarnya

aku dan Hersha ingin sekali dia menyambung ke MAN bersama kami, tapi aku tak dapat memaksanya.

 Aku bilang sama dia, “Kamu sekarang udah besar, jadi pilihan ada di tangan kamu, kalau kamu mau mengambil keputusan, kamu harus pikirkan ke depannya, insya Allah keputusan yang kamu ambil adalah yang terbaik untukmu. Karna Allah memberikan sesuatu kepada kita sesuai dengan kemampuan kita, Allah tidak akan memberikan sesuatu yang tidak mampu untuk kita lakukan. Jadi, kalau kamu masuk dan diterima disana, itulah yang terbaik untukmu. Allah tahu kalau kamu mampu di tempat itu, jadi dia menakdirkanmu disana.” Ucapku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline