Lihat ke Halaman Asli

Suryana Alfathah

Santrizen Millenial

Review Novel Misteri Patung Garam: Psikopat yang Artistik!

Diperbarui: 25 Februari 2022   18:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Judul: Misteri Patung Garam
Penulis: Ruwi Meita
Penerbit: Gagas Media
Jumlah Halaman: 276
ISBN: 978-979-780-786-3

Sinopsis
Dia sangat sadis. Dan, dia masih berkeliaran.
Seorang pianis ditemukan mati, terduduk di depan pianonya, dengan bibir terjahit, bola matanya dirusak, meninggalkan lubang hitam yang amat mengerikan. Rambut palsu merah panjang menutupi kepalanya. Sementara, otak dan organ-organ tubuhnya telah dikeluarkan secara paksa.
Kulitnya memucat seputih garam. Bukan, bukan seputih garam. Tapi, seluruh tubuh sang pianis itu benar-benar dilumuri adonan garam.
Kiri Lamari, penyidik kasus ini, terus menerus dihantui lubang hitam mata sang pianis. Mata yang seakan meminta pertolongan sambil terus bertanya, kenapa aku mati? Mata yang mengingatkan Kiri Lamari akan matai bunya. Yang juga ia temukan tak bernyawa puluhan tahun lalu.
Garam? Kenapa garam?
Kiri Lamari belum menemukan jawabannya. Sementara mayat tanpa organ yang dilumuri garam telah ditemukan kembali.
Dia sangat sadis. Dan, dia masih berkeliaran.

Review Singkat
"Darah itu mengingatkan akan dosa. Namun, ia juga bisa membasuh dosa. Seharusnya, kamu tidak berbuat dosa, perempuan bodoh. Jangan melihat ke belakang. Jangan terpikat pada dosa." -- Lavendel hal 51

Sudah lama saya mencari novel ini. Namun novel ini sangat sulit dicari sekarang. Tetapi untungnya saya berkesempatan untuk membacanya ketika menemukan buku ini di salah satu toko di Online Shop. Misteri Patung Garam ditulis oleh Mba Ruwi Meita yang terkenal sebagai penulis dengan genre Misteri, Psycho dan Thriller nya. 

Tak banyak penulis Indonesia yang mengusungkan tema tersebut. Ini merupakan gebrakan baru untuk karya sastra dan literasi di Indonesia. Semoga kedepannya banyak bermunculan penulis asal Indonesia yang mengangkat tema seperti ini.

Patung Garam merupakan novel kedua mba Ruwi Meita yang saya baca. Yah karena mencari buku ini cukup sulit. Jadi saya membaca karya mba Ruwi yang lainnya. Waktu itu saya membaca Carmine, novel psycho-thriller tentang patriarki. Dan itu membuat saya jadi menyukai genre psycho-thriller.

Oke, balik ke review. Novel ini menceritakan tentang kasus pembunuhan yang sangat sadis. Telah digambarkan bagaimana kesadisan itu dalam sinopsis diatas ya. Kemudian sang tokoh utama, Kiri Lamari cukup sentral dalam cerita ini. 

Dia polisi yang karirnya sedang naik karena sebelumnya telah menyelesaikan kasus "Segitiga Biru" yang sulit dipecahkan, namun karena bertemu dengan teman masa sekolahnya dulu, Kenes, kasusnya pun selesai dan pelaku berhasil ditangkap. 

Setelah pertemuan itu, mereka pun akhirnya menjalin hubungan sampai saat ini. Kemudian ada Ireng, anak jalanan yang profesinya menjadi pencopet. Tingkahnya konyol namun cerdas. D

engan kehadiran Ireng dalam cerita ini, dapat mengurangi nuansa horror yang disajikan. Lalu ada polisi rekan Kiri yang menemani menyelesaikan kasus ini, Inspektur Saut dengan umpatan "Kampret Rebusnya" membuat penyelidikan mereka menjadi tidak terlalu kelam dan menegangkan. Tetapi tetap saja ketegangan dan seramnya susana khas Mba Ruwi masih tersaji hingga akhir cerita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline