Lihat ke Halaman Asli

Al Faridzie

Penulis puisi dan cerpen

Puisi | Subuh

Diperbarui: 19 Mei 2020   20:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bila hati tak sempat tinggalkan malam.
Sebuah bayang di secangkir kopi hitam.
Diujung kafir ia temui kegagalan.
Di pangkal keresahan ia ratapi penyesalan.
Bila pikir tak bersyair.
Usai sudah hidup penulis berakhir.
Bila keputus asaan ukir air mata mengalir.
Mungkinkah hidup akan menembus takdir atau malah jatuh dan terkilir.
Langkah terlanjur tinggalkan jejak.
Membekas dalam ingatan yang dikubur waktu dan menjadi masalalu.
Pantaskah ku berhenti beranjak.
Entah untuk menebus dosa, atau malah neraka yang menjelma nyata.
Ahhhh, entahlah.
Setidaknya sudah berusaha.
Begitulah kata orang yang dikata pasrah atau juga tengah putus asa.
TIADA BERBEDA.
Hingga bulan tinggalkan malam, dan mentari menjemput pagi.
Aku terbangun tak lagi bermimpi.
Aku harus berdiri, karena subuh enggan
menanti jam wekker berbunyi!

Al Faridzie

19 April 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline