Lihat ke Halaman Asli

Tony albi

berniat baik dan lakukan saja

Jogja... Ya... Jogja...

Diperbarui: 13 April 2021   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jogja ya Jogja

Sulit bagi saya mendefinisikan Jogja dalam beberapa kata, tapi ini cerita pengalaman subyektif saja.

Karena sekolah, saya menetap di Jogja untuk waktu yang cukup lama, kota ini juga tempat berkumpulnya pelajar dari seluruh Nusantara,  berinteraksi dengan beragam budaya menjadi hal yang menarik juga,bukan ?. Setidaknya bisa sedikit belajar bahasa daerah lain kan.

Sebagai anak kost, sering terlambat makan dan tidak punya uang adalah hal biasa, nasihat yang selalu saya dengar "sing sabar tho, lakoni wae, mengko nemu dalane", terkesan tidak logis ya ?, ternyata itu bermakna agar fokus dan konsisten, akan indah pada waktunya.

Dapat dikatakan Jogja adalah tanah kelahiran saya kedua, di Jogja banyak komunitas-komunitas kecil informal  yang "welcome", tidak memandang  usia untuk saling berbagi dan belajar berbagai hal, menjadikan saya lebih menghargai sikap, pola pikir dan perilaku orang lain tanpa menghakiminya,  lebih uwongke  dan tepo seliro .

Saat ini di bully menjadi begitu menakutkan, di Jogja kalo nongki bareng di angkringan, dengan berbagai kalangan, pem" bully"an menjadi hal biasa tanpa rasa tersinggung atau baperan karena dilakukan sekedar untuk keakraban dan pake diksi-diksi jenaka malah menjadi tertawa bersama.

Dalam dunia akademik lebih terasa lagi, banyak informasi dari berbagai disiplin ilmu yang bisa diserap dari sumbernya langsung, bertemu dan berinteraksi beragam akademisi. Jika kamu ingin menjadi seorang intelektual, kota ini sangat mampu mewujudkannya.

Jogja juga merupakan episentrum kebudayaan Jawa, aura seni dan budaya sangat terasa, beruntung saya masih bisa menikmati langsung WS Rendra ( almarhum ) membaca puisi, mendengar kuliah budayawan Kuntowijoyo, makan siang bersama pelukis batik Amri Yahya ( almarhum ), bertemu langsung maestro lukis Affandi ( Almarhum )  dan kalo kamu punya minat di seni, sastra dan budaya disinilah tempat yang tepat belajarnya.

Mungkin ini minusnya, kalau alumnus Jogja, sedikit lebih fleksibel  dalam dunia kerja, analoginya, seperti pelari maraton bukan pelari sprinter seperti lulusan dari kota pelajar lainnya. Tapi bukankah ekosistem kerja saat ini lebih cenderung maraton, kan ?.

Terlalu banyak untuk bisa saya ungkapkan disini, tapi entah kenapa dalam hampir setiap tahun saya selalu mengunjungi kota ini, apakah saya terjebak romantisme kota Jogja ?, yo piye yo ?.

Kalo dibilang Jogja kota tua yg indah,  banyak kota tua lain yang mungkin jauh lebih indah di Nusantara. Mengatakan Jogja kota pelajar, ada kota-kota lain dengan  banyak pelajarnya juga seperti Jakarta, Bandung, Solo dan Malang. Mau disebut kota budaya, daerah lain juga lebih terasa gaung budaya lokalnya seperti Ubud, Bali misalnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline