Lihat ke Halaman Asli

13 Kompasianer Tak Layak Diundang ke Istana

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak awal menerima undangan Presiden via Mbak Niken saya memang sangat tidak percaya. Ada prasangka buruk jangan-jangan hoax? Dan seterusnya. Lagipula siapa saya? Hanya salah satu kompasianer diantara ratusan ribu akun yang sama sekali tidak populer, jarang HL, jarang TA, tidak terverifikasi biru dan intinya tidak ada di kalangan Kompasianer darah biru.

Jika prasangka hoax saya terhadap undangan Presiden ternyata salah total, rupanya ada prasangka buruk yang sejak awal sudah saya prediksi ternyata benar-benar terjadi. Apakah itu? Soal layak tidaknya saya dan 13 orang kompasianer lainnya. Soal mengapa hanya kami yang diundang? Kenapa dan kenapa.

Sebenarnya saya tidak masalah dibilang peliharaan Jokowi dan seterusnya, suka-suka mereka saja. Seperti yang pernah saya bilang, saya senang diundang ke istana. Tapi kalau ada yang tidak senang ya bukan urusan saya. Lalu kenapa saya masih menuliskan ini? Karena ini soal kelayakan yang dipertanyakan.

Pak Thamrin Dahlan dalam tulisan terbarunya secara terang-terangan menyatakan bahwa andai rekomendasi undangan tersebut diberikan pada pihak Admin Kompasiana, maka pasti yang diundang adalah Pak Tjip, Daniel Ht dan Rahab Ganendra. Karena jelas Kang Pepih dan Mas Isjet pasti sangat mengenal 'anak-anaknya'. Begitulah cuplikan tulisan Pak Thamrin.

Saya tidak mau berprasangka atau berandai-andai, ini murni kesimpulan saya pribadi setelah membaca tulisan Pak Thamrin. Beliau secara terbuka menyatakan bahwa penilaian orang istana dan penilaian K pasti berbeda. Saya setuju soal ini. Namun saya juga bertanya mengapa hal ini dipermasalahkan? Mengapa perlu ada artikel yang membanding-bandingkan dengan menggunakan kepopuleran Pak Tjip, Daniel Ht dan Rahab? Bagi saya ini jadi persis seperti kriteria HL dan TA yang sudah sangat sering diperdebatkan oleh banyak kompasianer.

Bagi saya, HL TA adalah otoritas admin. Jadi soal apapun aturan yang ditetapkan itu adalah tugas admin. Tugas kita sebagai kompasianer adalah menulis. Saya sendiri senang kalau diganjar HL TA. Kalau misalnya ada yang tidak senang tulisan saya HL TA, itu juga bukan urusan saya. Tapi ketika dibanding-bandingkan dan dipertanyakan kepantasannya, jujur saya akan bereaksi.

Begitu juga dengan undangan Presiden. Soal 13 nama dalam undangan tersebut adalah 'wilayahnya' orang istana, bukan lagi keputusan admin Kompasiana. Lalu kenapa masih dibanding-bandingkan? Sementara yang berhak menentukan sama sekali bukan admin K?

Entah kenapa banyak orang sering tidak sadar soal wewenang, otoritas ataupun hak sehingga seringkali memperdebatkan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu.

Tapi begini saja supaya tidak berkepanjangan. Kalau ada orang mempertanyakan dan memperdebatkan 13 Kompasianer yang diundang, biarlah saya mengaku saja bahwa saya memang tidak layak mendapat undangan. Saya ingin mengaku tidak pantas agar setelah ini kalau masih ada yang protes, itu pasti selain saya.

Siapa sih Alan Budiman? Cuma anak muda 25 tahun yang baru belajar nulis. Tulisannya pun jelek dan jarang HL TA. Tidak pernah menang lomba. Tidak pernah masuk nominasi kompasianer tebaik atau favorit di kompasianival. Alan Budiman hanya orang kampung dari pulau Madura. Apa bagusnya dibanding nama-nama yang disebut Pak Thamrin dan beliau sendiri? Sama sekali tidak ada. Jadi saya dengan ini menyatakan memang tidak pantas diundang ke istana merdeka.

Tulisan ini dibuat untuk semua yang mempertanyakan baik langsung seperti Pak Thamrin maupun tidak langsung. Juga agar saya tidak terganggu lagi dengan pertanyaan soal layak tidak layaknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline