Lihat ke Halaman Asli

Akmal Husaini

suka menjaga kebersihan

17 Agustus dan Hijrah Menuju Semangat Kebangsaan

Diperbarui: 22 Agustus 2020   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia Damai - jalandamai.org

Pekan ini banyak hal yang bisa kita jadikan pembelajaran bersama. Peristiwa tersebut diantaranya adalah 17 Agustus dan tahun baru Islam. 17 Agustus merupakan hari kemerdekaan Indonesia, yang sangat bersejarah. Untuk merebut kemerdekaan, setidaknya masyarakat Indonesia harus hidup dalam penjajahan hingga 350 tahun. Dan untuk mendapatkan kemerdekaan tersebut, tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Harus mengorbankan waktu, tenaga, bahkan nyawa.

Proses panjang yang harus dilewati bisa kita jadikan pembelajaran bersama. Salah satunya adalah semangat untuk meninggalkan primordialisme menuju semangat persatuan. Semangat meninggalkan pesan adu domba, dan menuju pesan yang menyatukan. Meninggal semangat memecah belah menuju semangat mengobarkan gelora perang melawan penjajah.

Meninggalkan yang buruk menuju yang baik adalah bagian dari hijrah. Peristiwa hijrah ini pun juga tergambar dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah menuju Madinah. Perpindahan ini tidak hanya dimaknai sebagai perpindahan fisik, tapi juga perlindahan pola pikir menuju ke hal yang lebih baik. Peristiwa hijrah tersebut baru saja diperingati umat muslim pada tahun baru hijriyah pada tanggal 20 Agustus kemarin.

Dalam pekan ini, setidaknya ada dua hal yang bisa kita jadikan pembelajaran. Peristiwa kemerdekaan Indonesia dan hijrah Nabi Muhammad SAW. Jika kita jadikan pembelajaran dalam konteks sekarang, keduanya bisa menyadarkan kepada kita untuk hijrah meninggalkan kepentingan pribadi menuju kepentingan bersama, hijrah meninggalkan hoaks dan provokasi menuju pesan yang menyejukkan. Hijrah meninggalkan tindakan intoleran menuju perilaku yang toleran.

Sudah cukup banyak perilaku yang membuat kita tercerai berai. Hoaks, ujaran kebenciand an provokasi masih terus terjadi. Penyebaran propaganda radikalisme juga masih terus terjadi hingga saat ini. Semuanya itu tentu mempunyai implikasi yang tidak baik bagi kita dan negeri ini. Mari kita belajar dari sejarah masa lalu. Perjuangan merebut kemerdekaan ketika itu sulit tercapai, karena maraknya adu domba yang dilakukan penjajah. Kini, provokasi masih terjadi dengan wujud yang berbeda. Jika kita tidak jeli dan melawannya dengan literasi, seterusnya akan hidup dalam kebencian.

Dan mari kita jadikan semangat tahun baru hijriyah ini, sebagai momentum untuk mewujudkan pola pikir yang humanis, toleran, inovatif dan kreatif. Negeri ini perlu semangat yang saling menyatukan. Keragaman yang ada di Indonesia, bukanlah hal yang harus dipersoalkan. Keragaman suku, agama, bahasa dan budaya ini harus jadi semangat untuk hidup saling berdampingan. Perbedaan bukanlah alasan untuk saling berseteru, saling mencari kejelekan dan yang lainnya. Perbedaan harus menjadi momentum untuk saling mengerti dan memahami. Sekali lagi, mari tetap saling bergandengan, meringankan dan menguatkan. Salam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline