Lihat ke Halaman Asli

Rahmad Agus Koto

TERVERIFIKASI

Entrepreneur

Daerah Agamis Rentan Termakan Hoaks?

Diperbarui: 26 Januari 2019   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tadi pagi, saya membaca informasi dari teman di Facebook yang mengejutkan dan terus terang bikin nyesek. Judulnya benar-benar memojokkan ummat Islam di Indonesia. Menuduh secara tidak langsung bahwa agama telah gagal mendidik ummatnya.

"LIPI: Daerah yang Kental Nuansa Agamanya Paling Tinggi Termakan Isu Hoaks" (Kontan, 18/01/2019) ~ "Peneliti LIPI: Wilayah yang Kental Nilai Agama Lebih Mudah Termakan Hoaks" (Tribunnews, 18/01/2019).

Setelah menelaah isi beritanya, saya menyimpulkan bahwa simpulan hasil penelitiannya itu bersifat prematur dan higly debatable. Dengan asumsi penelitiannya itu memang sahih secara ilmiah, tidak bias oleh kepentingan politis atau kepentingan pribadi penelitinya, Amin Mudzakir dkk.

Baiklah saya uraikan argumentasinya.

"Amin menuturkan, dari hasil penelitian terhadap 2000 responden yang tersebar di seluruh Indonesia, didapati tiga provinsi di Indonesia rawan termakan isu hoaks."---Redaksi Kontan.

Sementara Amin menyatakan, "Daerah provinsi Aceh, Jabar, Banten itu. Tingkat keterimaan terhadap berita PKI, kriminalisasi ulama, invasi tenaga asing itu tinggi sekali dirilis tahun 2018 terhadap 1800 responden, masing-masing provinsi 200 orang ada di sembilan provinsi."

Mengapa ada perbedaan yang signifikan (~10%) dalam pemberitaannya ini? 2000 responden atau 1800 responden?
 Tersebar di seluruh Indonesia?! Apakah 9 dari 34 provinsi di Indonesia cukup mewakili Indonesia untuk simpulannya itu?

"Mereka yang memproduksi tahu persis isu mengenai komunisme, isu anti China, Jokowi itu China akan laku. Daerah di luar itu, Bali misalkan atau Papua, tidak akan laku karena tidak ada memori kolektif yang membuat orang tergiring untuk menerima info hoaks tersebut"---Amin Mudzakir.

Amin berani menyimpulkan bahwa diluar provinsi yang ditelitinya info hoaks tidak akan berlaku, sementara tidak ada penelitiannya, murni hanya berdasarkan asumsinya saja.

Hasil penelitiannya ini sepertinya sangat salah kaprah, bisa dianalogikan dengan cerita singkat dibawah ini.

Mukijo menderita penyakit hipertensi dan jantung. Dokternya mengatakan supaya ia tidak memakan atau menghindari makanan yang bisa membahayakan kesehatannya, misalnya kari kambing, coto makassar, dan rendang. Mukijo pun menyimpulkan bahwa cabe berbahaya bagi kesehatannya karena di setiap makanan itu ada cabenya. (Btw. Diet cabe yang tepat dan terkendali, justru baik bagi kesehatan jantung).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline