Lihat ke Halaman Asli

Aji Cahyono

Islamic Education, Politic International Relationship, Middle East Region, Philosopher

Perjalanan Kehidupan Seorang

Diperbarui: 26 Mei 2023   23:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Penulis : Aji Cahyono

UIN Sunan Ampel Surabaya

Si mungil (nama samaran) yang di lahirkan di surabaya ( bisa disebut dengan kota pahlawan atau kota tua yang mempunyai segudang peninggalan yang bersejarah) pada Hari jum'at legi (menurut sumber http://www.wetonjawa.com/2016/09/weton-jumat-legi-ramalan-watak-jodoh.html?m=1 , Orang yang lahir di weton jum'at legi menurut primbon Jawa dianggap sebagai orang yang berwatak Sanggar Waringin. Artinya mereka adalah orang-orang yang bisa mengayomi, bisa diandalkan, dan suka memberi perlindungan. 

Hati mereka teduh dan kata-katanya sangat dingin, jarang menyakiti hati orang lain), pada tanggal 21 mei 1999 (bertepatan dengan 1 tahun pasca tragedi trisakti pada tanggal 21 mei 1998) jam 03:00 Waktu Indonesia Barat (putra sang fajar dari kota pahlawan). 

Si mungil tersebut dilahirkan dengan wujud manifestasi ciptaan Allah SWT (menurut keyakinan orang Muslim) untuk menjalankan kehidupan sesuai dengan amanat Agama Islam (upaya melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya) sehingga pelaku (atau si mungil) kehidupan mempunyai hak dan kewajiban dengan apa yang di jalani.

Lika dan liku yang di jalankan oleh si mungil mendapatkan ujian dan tantangan dalam kehidupannya semasa dia masih kecil (diantara umur 0-6 tahun), si mungil mengalami rasa sakit yang terdapat di seluruh badannya sehingga tak berdaya. 

Jenis sakit yang dideritanya berupa Asma (atau dalam bahasa jawanya loro mengi) yang begitu berlarut-larut. Rasa sakit yang dideritanya dapat di hadapi dengan rasa sabar. Dan orang tua baik kedua orang tua, nenek dan kakek merasakan kebingungan dengan apa yang di derita oleh anaknya maupun cucunya.

Meskipun apa yang dilanda oleh si mungil tersebut, akan tetapi tidak dapat menghambat semangat belajar (belajar otodidak baik membaca dengan lancar sekitar kurang lebih 3 tahun diakibatkan karena ada rasa takut melihat saudara kandung atau kakaknya belum bisa membaca sehingga mendapatkan hukuman) akan tetapi proses dalam pendidikannya terhambat sehingga jarang masuk sekolah kurang lebih apabila di hitung dalam skala satu semester,.

Kehadiran si mungil dalam bersekolah kurang lebih presentasenya 30% dalam kurun waktu satu semester. Dan pendidikan yang di rasakan si mungil terlalu cepat dengan masuk pendidikan dasar (SD) berumur 5 tahun.

Ketika berlabuh di lamongan, (identik dengan makanan khasnya soto ayam lamongan pada saat berumur 6 tahun, ujian pun dihadapi dengan turunnya hasrat untuk belajar, mudah terpengaruhi oleh lingkungan. Dan taku lupa ujian kebencian pun dihadapi dari segala hujatan secara fisik maupun psikis. Hingga mempunyai hasrat untuk belajar setengah-setengah hingga SMP.

Ketika sudah memasuki jenjang SMA (dulu masuk di Madrasah Aliyah), konsepsi untuk merubah lebih baik pun juga setengah-setengah. Awalnya terealisasi dalam jangka kurun waktu 1 tahun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline