Lihat ke Halaman Asli

Aji NajiullahThaib

Pekerja Seni

Pak Anies Harus Sidak ke Kelurahan yang Terdata Zona Merah Covid-19

Diperbarui: 26 April 2020   00:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Detik.com

Di masa Pandemi corona seperti sekarang ini, Pak Anies Baswedan tidak bisa cuma menerima laporan dari bawahan, tentang situasi dan kondisi masyarakat, karena laporan yang diberikan hanya sebatas Asal Bapak Senang (ABS).

Pola kerja aparatur Kecamatan dan Kelurahan, sepertinya harus lebih aktif mendata dan mengevalusi kondisi kesehatan masyarakat. Camat dan Lurah pun harus aktif menlihat data pasien di Puskesmas, supaya ikut mengetahui di RW dan RT mana saja masyarakat yang terdampak.

Negara tidak tidak dalam kondisi yang aman-aman saja, aparatur pemerintah pun harus bekerja dalam sutuasi tanggap darurat, bukan seperti dalam kondisi yang normal, yang cuma duduk manis di belakang meja kerja.

Camat dan Lurah pun tidak cuma mengeluarkan perintah ke anak buah, tapi harus tahu secara detail permasalahan yang dihadapi masyarakat. Sebagai masyarakat, penulis memiliki kegelisahan terhadap respon aparat kelurahan, terhadap kondisi kesehatan masyarakat di tengah pandemi corona.

Ini merupaka tulisan kedua, yang penulis publish terkait situasi dan kondisi pelayanan masyarakat, di wilayah Kelurahan Kramat Jakarta Pusat. Tulisan ini lahir atas dasar keprihatina terhadap situasi dan kondisi yang ada di kelurahan Kramat Jakarta.

Tulisan sebelumnya, Kelurahan Kramat Jakarta Pusat Masuk Zona Merah, Aktivitas Masjid Normal Saja. Yang menyorot tentang kondisi dan situasi Kelurahan Kramat yang seperti tidak menerapkan PSBB, dan tidak diberikan sanksi oleh Pemprov DKI Jakarta. 

Kemarin (24/4) seorang Ibu usia 72 tahun meninggal dunia, berdasarkan keterangan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, ibu Parti sudah di test kesehatan, berdasarkan hasil test yang dikeluarkan hari Kamis (23/4), pihak Puskesmas ingin merujuk ke Wisma Atlit Kemayoran pada Jum'atnya, namun sebelum dibawa ke Wisma Atlit, bu Parti sudah meninggal terlebih dahulu jam 02:00 pagi.

Saat masih sakit, pihak Puskesmas sudah menganjurkan untuk periksa kerumah sakit, namun bu Parti tidak mau, akhirnya cuma ditangani pihak Puskesmas. Ini sangat disayangkan, seharusnya kalau memang diindikasikan ODP atau PDP, kenapa tidak dilakukan karantina.

Ditempat tinggalnya, bu Parti hidup dengan suaminya juga beberpa keluarga yang ngekos di rumah tersebut. Bisa dibayangkan kalau benar bu Parti positif terinfeksi, betapa bahayanya keluarga yang ada disekitarnya, yang sering berinteraksi dengan almarhumah.

Sampai hari ini, belum ada tanda-tanda tim medis penanganan Covid-19 yang menyantroni tempat tinggal bu Parti, untuk mengecek kesehatan keluarga yang ada dirumah tersebut. Penulis tidak tahu apakah karena masih dianggap aman, atau memang karena tidak adanya tenaga medis untuk menangani itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline