Lihat ke Halaman Asli

Ai QurotulAin

IRT, Olshop, Penulis

Daring Bikin Darting, Oh Ya?

Diperbarui: 2 September 2020   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Dokumen Pribadi


"Sudah selesai, A?" Sambil melap keringat, kuhampiri si sulung. Tuntas sudah deretan pekerjaan rumah pagi itu. Mengepel, sebagai pekerjaan rumah terakhir, telah membuat sebagian tubuhku dibanjiri keringat."Belum." Dengan santai, Ia menjawab.

"Videonya sudah dipahami baik-baik kan? Aa mengerti, tidak?" Aku yang sedari tadi mengawasi, kembali menanyainya. Melihatnya tampak serius dengan gawai dan headset 20 menit lalu, membuatku tenang, bahwa sulungku yang tiga bulan lagi berusia 11 tahun, sudah mengerti dengan materi Matematika pagi itu."Nunggu Mama beres aja, sini dong, Mamanya, Aa nggak tahu harus mulainya dari mana."

Tarik napas, agar aku tak mengeluarkan nada tinggi padanya. Padahal, ingin sebentar saja menikmati lontong sayur yang sempat kubeli untuk sarapan pagi. Baiklah, aku tunda keinginan menikmati segarnya kuah itu, aroma khas yang sudah mencocoki hidung terpaksa kutahan.

"Apa yang belum Aa mengerti?" Masih bagaikan peri, aku menanyainya diiringi wajah sumringah.

"Kalau soal ini, yang dikerjain yang persen dulu apa yang desimal dulu? Terus jawabannya yang mana? Soalnya ini ada yang pecahan campuran, ada yang persen, ada yang desimal." Setelah Ia menunjukan halaman 32, lalu konsentrasinya mulai beralih pada lego kecil yang sempat Ia rakit, sebelum pembelajaran daring dimulai.

"Aa... ini kan sudah Mama jelasin, kalau dapat soal kaya gini, kamu lihat mana yang paling mudah diubahnya. Buat semua ke desimal, atau ke persen, atau ke pecahan? Nggak usah semua, mana yang menurut Aa paling mudah, itu kerjakan." Sahutku mulai menaikan nada suara. Sedikit kesal juga karena Ia masih terkesan main-main dalam mengerjakan soal.

Baru si sulung menuliskan beberapa angka, tiba-tiba dari arah samping terdengar suara meja yang sedang diketuk. Aku mencoba mengabaikannya. Ingin berkonsentrasi penuh pada Aa, agar Ia mengerjakannya dengan benar, melihat mata Mamanya yang mulai membulat mengawasinya tiap menit, serta tak bergeser sedikitpun dari sampingnya.

"Mama lihat... ini bagus kan? Ini Acid tahu yang bikin... hehehe.. ayo... Mama sini dulu dong, Mama mau gambar apa?" Dari arah suara tadi, rupanya sang pembuat kegaduhan sedang ingin memerlihatkan hasil karyanya.

Aku pun menoreh pada arah suara ketukan meja yang sedari tadi mengganggu konsentrasi kami berdua.

"Astagfirullah... Ade... lagi ngapain? Kenapa ujung pegangan scuter Ade jadiin mainan?" Bukannya senang atas kreativitas si kecil tanpa batas. Aku yang saat itu sedang kesal, makin tersulut emosi ketika melihat meja jati kami, sebagian besar bagian atasnya, terkelupas karena ulah si bungsu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline