Lihat ke Halaman Asli

Nur Aini

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ

Fenomena Quarter Life Crisis dan Loneliness pada Pemuda

Diperbarui: 9 Desember 2021   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh : Nur Aini 

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Pemuda berusia 20 tahunan sering merasa kegalauan untuk menentukan arah dan pilihannya. Dalam perspektif sosiologi, pemuda adalah individu yang terwarisi masa lalu dan terbebani masa depan. Pemuda menurut WHO adalah seseorang yang berusia 10-24 tahun. Hidup di usia 20 tahun di mana di usia tersebut pemuda beralih dari remaja menuju dewasa. 

Menurut Erikson, di masa remaja muncul tahap difusi identitas. Selama masa remaja masalah identitas yang mencuat seperti muncul pertanyaan-pertanyaan "siapakah aku?", "apa kemampuanku?", dan "kemana tujuan hidupku?". Disfusi identitas ini menggambarkan masa kecemasan, tekanan pencarian identitas, dan pemaksaan diri untuk mengembangkan seperangkat alat personal dan arah hidup.

Ketika memasuki masa dewasa awal, individu dituntut untuk menjadi dewasa, menjadi pribadi yang mandiri, menentukan jalan hidupnya sendiri. Ditahap ini, individu mulai menemui banyak masalah dalam hidupnya, ketegagangan, emosional, serta perubahan nilai-nilai untuk menyesuaikan diri pada pola hidupnya (Hurlock, 2012). Sebagian individu akan mengalami rasa khawatir dan ketakutan ketika memasuki usia dewasa awal, dimana disebut dengan masa krisis.

Ekspektasi dan tanggung jawab yang dibebankan kepada pemuda terasa lebih berat dari sebelumnya. Fenomena ini sering disebut dengan quarter life crisis. Quarter life crisis adalah proses pencarian jati diri untuk orang-orang yang sedang memasuki usia dewasa awal. Pemuda yang dalam fase ini akan mengalami kondisi krisis emosional yang melibatkan perasaan seperti depresi frustasi terjebak dalam kecemasan yang tidak berujung tidak bahagia, bingung, ketakutan dan merasa sulit untuk keluar dari emosi tersebut.

Menurut Robbins & Wilner (2001), Quarter life crisis merupakan suatu kondisi dimana individu mengalami krisis seperti mengalami kebimbangan dalam mengambil keputusan, merasa putus asa, memiliki penilaian negatif terhadap diri, merasa terjebak dalam kehidupan yang dijalani, merasa cemas terhadap masa depan, tertekan akan tuntutan, dan memiliki kekhawatiran terhadap relasi interpersonal.

Mereka yang sedang memasuki usia 20an diberi julukan sebagai "twentysomethings", yakni individu yang baru saja meninggalkan zona nyaman dalam hidupnya dan mulai memasuki real-life.

Kondisi quarter life crisis bukan merupakan hal yang baik, mengingat dampak yang dirasakan oleh pemuda yang tidak mampu keluar dari fase tersebut. Mereka yang terjebak, akan merasa tidak berdaya, meragukan diri sendiri, takut gagal, dan insecure tentang tujuan hidup mereka. Factor penyebab terjadinya quarter life crisis bisa disebabkan salah satunya oleh realitas yang tidak sesuai dengan harapan. Hal itu menimbulkan rasa ketidakpuasan dalam diri.

Selain realitas yang tidak sesuai harapan, ada factor lain salah satunya dalam hal terkait hubungan seperti percintaan. Dalam prosesnya, terdapat beberapa fase, salah satunya yaitu dimana pemuda yang mengalaminya akan menarik diri dari lingkungan sekitarnya serta aktivitas yang biasa dijalani (Robinson & Wright, 2013).

Individu yang terjebak pada fase menarik diri dari lingkungannya, berpotensi mengalami loneliness. Loneliness merupakan kondisi tidak menyenangkan yang dirasakan seseorang ketika seseorang tidak mampu memenuhi hubungan sosial seperti yang diharapkan. Quarter life crisis merupakan kondisi yang dapat mendorong seseorang menarik diri dari sekitarnya yang berpotensi mengarah pada loneliness.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline