Lihat ke Halaman Asli

Ahyarros

TERVERIFIKASI

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Geliat Wisata Ramah Lingkungan di Desa Mas-Mas

Diperbarui: 23 November 2021   00:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wistawan asal Jerman di Desa Mas-Mas (Sumber, travelyuk.com)

Bagi Anda yang merindukan suasana desa dengan kesederhanaan dan keguyuban warganya. Desa Mas-Mas bisa menjadi pilihan terbaik dalam berwisata di Pulau Lombok. Terletak di kampung pedalaman Lombok Tengah, tepatnya di Kecamatan Batukliang Utara. Sebelum pandemi Covid-19, ramai didatangi wisatawan dari berbagai belahan dunia dan wisatawan lokal. Desa wisata Mas-Mas memberikan inspirasi baru, terutama soal penggelolaan pariwisata desa dengan konsep wisata ramah alam dan lingkungan.

Jarak tempuhnya sekitar 45 kilometer dari Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (BIZAM), Lombok Tengah. Waktu tempuh ke Desa Mas-Mas sekitar 45 menit. Jalur menuju desa wisata Mas-Mas, dari BIZAM, Praya, kita bisa naik taksi atau bus Damri turun di perempatan Mantang. Tarif untuk taksi sekitar Rp 100 ribu, bus Damri sekitar 25 ribu. Selanjutnya dari perempatan Mantang naik ojek pangkalan dengan tarif sekitar Rp 45-50 ke desa wisata Desa Mas-Mas.  

 Beberapa bulan lalu, saya bertandang ke Habiburrahman (45) tahun, pengagas wisata alam Desa Mas-Mas, Batukliang Utara. Bersama dua orang teman, kami duduk diemperan rumahnya siang itu. Kami banyak mendengar cerita-cerita Habib memulai desa wisata bersama komunitas dikampungnya. Baginya pariwisata tak semua negatif, seperti buka-bukaan dan bukan pula harus berbaring di hotel berbintang. Namun turis akan mencari sesuatu hal yang berbeda, yang tak ditemukan di negara mereka.

"Dari respon masyarakat, saya mencari tahun agar pariwisata yang dibayangkan selama ini negatif, bisa berubah menjadi positif. Tak selamanya pariwisata itu negatif, tapi justru yang menarik bagi saya adalah bagaimana kita warga di Desa Mas-Mas bisa menawarkan pariwisata berbeda, seperti pariwisata desa yang menawarkan kehidupan sehari-hari warga desa," Tutur Habib pegiat pariwisata Desa Mas-Mas.

Awal tahun, 2004 ide kegiatan pariwisata ditentang banyak warga desa. Lantaran pariwisata tak sesuai dengan kegiatan warga desa. Dalam banyangan warga Desa Mas-Mas pariwisata negatif, pariwisata tidak sesuai dengan prilaku dan adat istiadat orang Lombok. Selain itu, Habib dan anggota komunitas pegiat desa wisata belajar membaca potensi desa dan merumuskan langkah yang tepat buat penggelolaan pariwisata desa.

Hasilnya, pemandangan alam, kegiatan sehari-hari warga desa, atraksi desa, dan mengolah obat-obat tradisional. Anak-anak muda disiapkan kursus belajar Bahasa Inggris, yang tutornya lansung adalah Habib. Untuk harga paket wisata, Habib memasarkannya dengan Rp 150 ribu perhari. Setiap bule yang datang ke untuk tour ke lokasi, wistawan diminta untuk mengenakan yang kain selendang yang telah disediakan. Setelah lengkap dengan kain, maka saatnya para pelancong akan diajak melewati pematang sawah, berkebun, menyaksikan petani panen padi, dan bercocok tanam. 

"Wisatawan yang diajak kita ajak keliling kampung akan diajak ke rumah warga untuk makan siang. Mereka akan disediakan, hidangan sayur, lauk pauk. Kami juga menyediakan makan ringan, seperti kacang panjang, kerupik, mie rebus, dan mentimun. Warga yang menerima tamu akan bergiliran dengan warga lainnya," Ungkap Habib.

Selain menawarkan keseharian warga kampung di Desa Mas-Mas. Habib juga memberikan pembelajaran pada masyarakat di desa dan wisatawan, yang datang agar menjaga alam dan keberlanjutan lingkungan. Paket ini juga masuk dalam tawarkan Habib, seperti wisatawan diajak ke hutan, mendatanggi air terjun, dan menjaga mata air yang di Desa Mas-Mas  

"Sebagai pegiat pariwisata di desa, kami juga memberikan edukasi tentang pentingnya penggelolaan desa wisata yang ramah lingkungan, menjaga adat istiadat, dan memberikan sambutan yang ramah pada setiap wistawan yang datang menikmati pariwisata di Desa Mas-Mas," Tutur Habib yang juga Kepala Desa Batukliang.

Sebelum Covid-19. Setiap bulannya turis yang datang berkisar 300-500 orang. Rata-rata menginap 2-3 malam untuk menikmati paket wisata desa. Namun sejak wabah pandemi Covid-19 kunjungan wisatawan luar menurun drastis. Belakangan wistawan domestik juga makin banyak yang mengunjungi Desa Mas-Mas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline