Lihat ke Halaman Asli

Memilih Pasangan Terbaik

Diperbarui: 27 Januari 2022   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi. Hobi saya dan Lana adalah sama-sama suka mendaki. Alhamdulillah terlaksana, kami berdua mendaki Gunung Cikuray

Setiap laki-laki wajar bila memilih pasangan yang terbaik. Sama hal nya dengan saya, namun pilihan saya terkadang membuat saya terbebani. Harus mengikuti kemauan-kemauan yang saya sendiri tidak mau. Namun kembali lagi, bagaimana cara kamu mengambil keputusan. Ingin terus bersamanya atau pergi mencari yang terbaik, yang mampu menerima kekurangan dan kelebihanmu.

Saya Ahmad Wahidan, saya ingin menceritakan tentang apa yang menjadi pilihan saya. Sebelum saya menikah dengan istri saya. Saya mengenal Banyak wanita dan berteman baik dengan wanita-wanita tersebut. 

Saya tipe laki-laki yang tidak sembarangan mencari pasangan. Saya baru pacaran di umur 21 tahun. Sebut saja vela pacar pertama saya, yang memberikan kebahagiaan di hidup saya kala itu.

Vela perempuan yang sangat saya sayangi, namun kebiasaannya ke kafe kadang membuat saya jenuh. saya bukan tipe laki-laki yang gemar nongkrong di kafe dan minum kopi. Kurang lebih satu tahun saya menjalani hubungan dengannya. Namun lama-kelamaan bukannya hubungan ini semakin dekat malah sebaliknya. 

Saya merasa sudah tidak sejalan dengannya. Vela berbeda dari yang pertama saya kenal. Dia selalu memakai baju terbuka untuk pergi ke tempat-tempat malam. Dia sering mabuk dan pulang dipagi hari. itu sebabnya saya memutuskan untuk menyudahi hubungan dengannya.

Selang beberapa hari, Saya melihat di instagramnya bahwa dia memposting foto laki-laki yang ternyata pacar vela yang lainnya. sungguh saya makin benci dan memutuskan untuk tidak memikirkannya. Keputusan saya tepat untuk berhenti mencintainya. Sangatlah mudah untuk saya mencari penggantinya. 

Dengan lingkungan yang luas dan banyaknya teman wanita, saya mudah untuk akrab dan sesekali sering mengantar teman-teman wanita saya pulang dari bekerja.

Saya dulu sering dibilang Fackboy, ya mungkin karena memang saya suka jalan dengan wanita beda-beda. Padahal mereka tidak tahu tentang apa yang ada di hati saya. Biarin saja, saya tipe orang yang cuek dengan omongan orang.

Saya juga masih dengan pendirian saya memilih-milih pasangan yang terbaik buat saya nantinya. Singkat cerita, saat saya mengantar pulang teman wanita saya (sebut saja purwa) dia menunjukan hal beda. Selepas sampai rumah saya di chat dengannya dan dia berkata kalau dia suka dengan saya.

Awalnya saya tidak memiliki perasaan dengan purwa, karena purwa beda jauh dari mantan pacar saya yang pertama. Namun tidak ada salahnya saya fikir saat itu untuk mencoba menjalin hubungan dengannya siapa tahu memang dia yang terbaik. lagi pula saya rasa dia asik di ajak ngobrol. Dan dia bukan tipe wanita yang suka pakai pakaian terbuka dan ke tempat-tempat malam.

Semakin lama saya menjalani hubungan dengannya, saya merasa perasaan yang tadinya biasa saja berubah. hingga tak terasa sudah 3 tahun saya mengenalnya. Purwa sering sekali berkata kapan kita nikah? saya selalu kepikiran dengan kata-katanya. 

Namun sekali lagi saya yang memilih, Saya merasa risih dan ragu. Saya yang merasa belum puas main ditambah juga tidak punya tabungan di desak untuk menemui keluarganya di Jawa. Namun entah mengapa saya iya kan bertemu keluarganya di Jawa bersama Purwa. Mungkin karena saya juga sudah sayang dan cinta dengannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline