Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Sulthan Aulia

Pujangga Serambi Masjid

Terkikis Komitmen, Tergerus Kerakusan

Diperbarui: 21 September 2020   23:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

September kali ini seperti september sebelumnya. Memasuki musim penghujan setiap tahunnya.
Sungai buatan dibangun dengan alasan mitigasi kebencanaan, namun saat penggusuran dan tahap pembangunan, 

mereka melupakan hak-hak kemanusiaan.
Ada tangis dan air mata disana, mengisak penuh harap agar pendambaan air mata dikabulkan.
Di saat yang sama, air terus mengalir dari hulu ke hilir. Merangkap setiap apapun yg ada di depan nya, 

tanpa pandang jabatan dan kehormatan, kekuatan dan kerapuhan, ia menerpa.
Kadang ia menerpa dengan sapaan, kadang ia menerpa dengan keganasan.
Saat menerpa dengan sapaan, anggap ia sedang memberi peringatan kepada manusia agar tetap bersahabat dengan alam. 

Mungkin, dalam bisu nya ia berkata
" Aku sapa kalian dengan ramah, aku berpesan jangan buang sampah dimana tempat ku mengalir. Jagalah alam dan aliran ke hilir, jangan sampai aku datang dengan amarah "

Tangerang, 21 September 2020
(Sambil natap rintik hujan)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline