Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Sahidin

Alumni UIN SGD Bandung

Ulasan Buku "Nurul Yaqin fi Sirati Sayyidil Mursalin"

Diperbarui: 23 November 2020   10:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri/ahmadsahidin

Alhamdulillah tuntas juga membaca buku Nurul Yaqin fii Siirati Sayyidil Mursalin. Buku ini ditulis oleh Syaikh Muhammad Al-Khudhari Beik, seorang ulama di Mesir. Buku ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia  oleh Bahrun Abu Bakar dan diterbitkan Sinar Baru Algesindo Bandung tahun 2015. Tebalnya 396 halaman. 

Buku ini pernah terbit sebelum tahun tersebut oleh penerbit yang berbeda. Saya lupa penerbitnya karena membacanya saat di perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 

Buku Nurul Yaqin ini susunan isinya kronologis. Memang sesuai dengan kaidah sejarah harus direkonstruksi dari awal sampai akhir, dari sebelum kelahiran sampai wafatnya. Penulisnya menyebutkan bahwa buku disusun karena merasa penting atas sejarah Nabi Muhammad Saw untuk disajikan pada masyarakat agar dapat mengetahui sekaligus meneladani Rasulullah Saw. Demikian yang saya pahami dari pengantar sang penulis. Sumber yang dirujuk berupa Alquran kemudian kitab hadis Bukhari dan kitab hadis Muslim kemudian sejumlah kitab para ulama.

Secara umum sama dari cara menyajikan isi bukunya dengan buku-buku bertema sirah nabawiyah lainnya. Arab pra Islam dan kaum jahiliah, kelahiran Muhammad bin Abdullah, masa anak hingga dewasa dan dapat wahyu hingga syiar, masa boikot sampai hijrah. Lalu masuk periode Madinah dan dakwah serta kemenangan atas kaum Makkah hingga dikenal sekitar jazirah Arab. Dan narasi yang dibangun, sama seperti buku sejarah Nabi yang ditulis yang lainnya, berupa peristiwa yang tidak menyajikan kedalaman informasi. Tampaknya perulangan narasi tidak bisa dihindari sehingga orang yang baca Sirah Nabawiyah karya Ibnu Ishaq, Ibnu Hisyam atau Tarikh Thabari maka bisa langsung menebaknya.

Lantas, apa yang beda? Saya kira tentang tanggal lahir dan wafat Rasulullah Saw. Beliau disebutkan lahir 9 Rabiul Awwal dan wafat 13 Rabiul Awwal 11 Hijriah. Yang menariknya lagi, dalam buku ini peran Abu Bakar dalam beberapa peristiwa tampak bersama Rasulullah Saw. Bahkan peristiwa akhir hayat Nabi pun disebut Abu Bakar sebagai orang yang layak sebagai Nabi andai ada lagi sesudah Rasulullah Muhammad Saw.

Saya kira mesti dibaca ulang buku ini pada lembaran akhir setelah wafat Rasulullah Saw. Sikap dan perilaku Rasulullah Saw serta tuntunan akhlak dan mukjizat Rasulullah Saw layak dibaca sebagai peneguh hati atas sosok Nabi yang kita cintai. Pada bagian akhir buku itulah yang menurut saya penting dipelajari.

Memang tidak dipungkiri ada beberapa peristiwa yang luput disajikan. Di antaranya dakwah terbuka pada keluarga besar Rasulullah Saw, peran-peran dari Khadijah dan Abu Thalib serta peranan Ali bin Abu Thalib kurang tampak. Peristiwa malam pulang dari Tabuk, persaudaraan muhajirin dan anshar saat hijrah, Ghadir Khum sepulang dari Haji Wada', peristiwa mubahalah dengan pendeta Nasrani, dan analisa sosial historis dari setiap tahapan kehidupan Nabi tidak muncul. Padahal, penulis buku Nurul Yaqin fii Sirati Sayyidil Mursalin ini hidup di zaman modern.

Perlu saya kutip pernyataan Al-Khudhari Beik tentang peninggalan Rasulullah Saw bahwa ...

 "Rasulullah Saw wafat dengan meninggalkan sesuatu untuk kaum Muslimin. Bilamana mereka mengikutinya, niscaya tidak ada sesuatu pun yang membahayakan mereka, yaitu Kitabullah yang tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. Dia meninggalkan pula para sahabat yang berbakti lagi mulia sebagai juru penerang agama Islam untuk menyempurnakan pembukaan negara-negara yang belum dimasuki Islam serta menerbitkan sinar matahari Islam ke seluruh dunia sehingga Allah menyempurnakan kalimah-Nya dan menunaikan janji-Nya" (halaman 348).

Setelah mencermati kalimat tersebut, saya bertanya dalam hati: apakah keluarga Nabi Muhammad Saw bukan peninggalannya sehingga abai dari catatan? Apakah tidak ada keterangan dalam sejumlah riwayat/hadis tentang peninggalan Rasulullah Saw yang diamanatkan kepada umat Islam sebagai pedoman berupa doktrin yang berlaku hingga tiba Kiamat? Apakah para sahabat yang disebut peninggalan Rasulullah Saw itu benar-benar lurus dan tidak berubah sikap atau perilakunya setelah wafatnya Nabi Saw?

Ah, tidak perlu dijawab. Biarlah menjadi bahan telaah ahli sejarah kontemporer saja. Insya Allah saya akan baca hasil riset mereka. Yang jelas buku Nurul Yaqin fii Siirati Sayyidil Mursalin ini menjadi rujukan para santri tingkat ibtidaiyah, tsanawiyah, dan aliyyah di sejumlah madrasah dan pesantren di Tatar Sunda dan Jawa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline