Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Sahidin

Alumni UIN SGD Bandung

Makan Ikan Bakar, Hati-hati Saat Beli

Diperbarui: 13 September 2020   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Ini sekadar berbagi saja tentang kuliner. Ya, saya kuliner bersama istri di malam minggu. Ini adalah hal yang langka dilakukan. Saya kira sesekali wajar makan di luar, meski pengeluarannya terbilang besar. Ya sesekali mesti menikmati suasana di luar rumah. 

Saya dan istri pada sabtu malam pun keluar rumah pakai motor honda legenda dua. Motor jadoel yang saya miliki. Ketika keluar dari gang menuju jalan raya di Kabupaten Bandung, istri bilang ingin makan ikan laut bakar di area Taman Kopo Indah.

Saya pun mengiyakan. Tiba pada lokasi yang dimaksud. Tampak orang-orang Cina yang sedang makan. Deretan parkir di area tersebut bermobil. Saya memarkir motor di pinggir jalan. Lalu masuk dan bilang pada pelayan ingin ikan bakar.

Sang pelayan memperlihatkan aneka ikan di lemari pendingin. Istri memilih ikan etong karena lebih murah dibanding ikan lainnya. Juga pesan cah kangkung dan nasi. 

Luar biasa harganya saat dihitung.  Tapi karena ingin coba dan sudah pesan, tetap dibayar. Kalau beli di rumah makan Padang bisa dapat tiga kepala kakap yang sedap.

Sambil ngobrol ngalor ngidul dengan istri, saya perhatikan area sekitar tempat makan tersebut. Bersih dan ada tempat untuk cuci tangan. Cukup lama menunggu kehadiran ikan, cah kangkung, dan nasi. Perut pun terasa keroncongan. Tidak lama datang pelayan bawa air teh hangat. Disajikan pada kami. Saya pun meminumnya. Terasa hangat di perut.

Sekira lima belas menit baru datang yang ditunggu. Langsung cuci tangan dan siap bersantap. Saya coba cicip dahulu cah kangkung. Terasa asin. Saya kasih sambal. Lumayan agak kurang asinnya.

Saya juga coba coel ikan bakar entong yang dipesan. Tepat pada bagian dagingnya. Saat digigit terasa empuk, tapi bau. Sambil memakan nasi, saya bilang ke istri. Dan istri pun mengiyakan. Duh, terjadi lagi pengalaman sekira tiga tahun silam saat beli ikan gurame bakar di sebuah swalayan. Karena sudah dibeli, saya paksakan saja memakannya. Saya nikmati saja karena faktor lapar.

Setelah beres, sambil mengendarai motor saya bilang pada istri nanti kalau makan ikan laut bakar harus yang segar. Kata istri bahwa ikan yang segar untuk dibakar mesti berjenis ikan air tawar. 

Karena ikan laut pasti disimpan pada lemari pendingin dan berisiko bau. Kalau ikan entong tadi digoreng dengan bumbu Padang mungkin tidak akan terasa bau. Berarti tadi saat pesan ikan salah dalam pilih olah ikan. Tentu ini menjadi pengalaman lagi dalam urusan kuliner.

Sampai di rumah. Saya langsung bikin kopi tanpa gula. Maksudnya untuk sekadar coba hilangkan bau dan rasa tidak enak ditenggorokan. Sambil minum kopi, saya ingat dengan ikan bakar saat jamuan di Paseban, Cigugur Kuningan Jawa Barat. Ikan bakar mas dan mujair dengan sambal jahe. Dinikmati dengan lalapan pete bakar. Duh, nikmat mana lagi yang hendak didustakan. Cag! *** (ahmad sahidin)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline