Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Sahidin

Alumni UIN SGD Bandung

Ibn Rusyd, Lentera Dua Peradaban

Diperbarui: 3 November 2019   16:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sekira satu pekan, saya membaca buku "Ibn Rusyd: Lentera Dua Peradaban" karya Majid Fakhry (Jakarta: Sadra Press, 2018). Hanya saja tidak intensif dan full membaca. Jadi, saat senggang waktu dibaca, berkelanjutan, dan sampai tuntas.

Saya mohon maklum bahwa pengetahuan yang terkandung dalam buku ini tidak diserap dengan baik. Saya merasa tidak mampu menyerap pengetahuan dari buku ini, yang berisi pemikiran atau kajian filsafat. Ini memang bukan bidang yang saya minati secara serius. Saya membacanya alakadar. Meski saya kurang serius menekuni isi buku, setelah dibaca menjadi tahu betapa komprehensif produk intelektual dari seorang Ibnu Rusyd.

Buku tebal 264 halaman ini, terbagi dalam dua belas bagian dengan tema meliputi biografi dan karya dari Ibnu Rusyd, neoplatonis Muslim, kritik teologi Asy'ariyah, logika dan teori pengetahuan, struktur fisis alam semesta, jiwa dan fakultasnya, Tuhan dan penciptaan dunia, etika dan politik, sebagai fakih dan dokter, kajian Ibn Rusyd di Barat, filsafat Thomas Aquinas dan hubungannya dengan Ibnu Rusyd, dan lainnya.

Ibnu Rusyd adalah ilmuwan muslim dari Spanyol. Sesuai dengan judul bukunya, memang menjadi "lentera" yang menerangi Dunia Islam (kawasan Timur Tengah) setelah keruntuhan Dinasti Abbasiyah dan menerangi Dunia Barat dari jalur Spanyol.

Tentu yang dimaksud dengan "lentera" ini pengetahuan, filsafat, atau khazanah ilmu yang menjadi cikal bakal dari tumbuhnya peradaban di Barat abad pertengahan dan di kawasan Dunia Islam yang melahirkan tokoh-tokoh seperti Mulla Shadra, Suhrawardi Al-Maqtul, dan para filsuf Persia.

Yang menarik dari sosok Ibnu Rusyd ini, filsuf ini menulis buku fiqih yang isinya perbandingan antar mazhab fiqih dan pendapat ulama fiqih (fuqaha).

Alhamdulillah saya membaca juga buku fikihnya, "Bidayatul Mujtahid". Dan saya mendapatkan banyak pengetahuan dan wawasan seputar fikih, khususnya mazhab-mazhab fikih yang ada di kalangan Ahlu Sunnah. Dan dari biografi, Ibn Rusyd ini disebutkan pernah menjadi qadi atau hakim agung. Maka tak heran kalau Ibnu Rusyd mengetahui ilmu fiqih secara luas dan mendalam.

Meski banyak menguasai ilmu pengetahuan, tetapi Ibnu Rusyd terkenal sebagai filsuf yang melanjutkan tradisi rasionalisme. Tepatnya, menurut saya, Ibnu Rusyd telah menjadi jembatan pemikiran dari Yunani kembali ke Dunia Barat, yang melewati dahulu kawasan Dunia Islam.

Buku karya Majid Fakhry ini sangat penting dibaca untuk mereka yang ingin belajar filsafat Islam. Sebab dari Ibnu Rusyd bisa diketahui aliran pemikiran filsafat yang berkembang di Dunia Islam. Hal ini terlihat dari kupasan demi kupasan dan kritik demi kritik pada aliran teologi, filsafat Al-Ghazali maupun Ibnu Sina dan Al-Farabi. Sehingga dari buku ini seseorang bisa mengenal khazanah filsafat Islam dan selanjutnya (jika tertarik) meneruskan pada karya-karya Ibnu Rusyd yang disebut dalam buku.

Dengan kata lain, buku karya Majid Fakhry ini sebagai pengantar untuk menelusuri, menekuni, dan mengkaji "kekayaan" ilmu yang dihasilkan dari seorang Ibnu Rusyd. *** (Ahmad Sahidin)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline