Lihat ke Halaman Asli

Harga Saham Freeport Mahal? Biarkan Ahlinya Bicara

Diperbarui: 19 Januari 2016   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

PT Freeport Indonesia telah mendivestasikan sahamnya sebesar 10,64 persen ke pemerintah Indonesia. Nilai divestasi saham tersebut cukup fantastis mencapai Rp 23,6 triliun. Divestasi saham ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 77 tahun 2014 tentang pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan. Penawaran saham ke pemerintah ini langsung menimbulkan polemik. Banyak pihak yang menyayangkan sikap pemerintah atas tawaran divestasi ini karena harga divestasi saham tersebut terlalu mahal. Berikut pendapat beberapa tokoh terkait mahalnya penawaran tersebut :

 

Hary Tanoesoedibjo

Menurut Ketua Umum Perindo ini, tidak pantas PT Freeport menawarkan divestasi senilai Rp 23,6 triiun disaat harga saham perusahaan tambang asal Amerika Serikat (AS) tersebut sedang mengalami penurunan. Bahkan pria yang menjabat sebagai CEO MNC Group ini mengatakan nilai saham Freeport di Bursa New York hanya USD 5 miliar, termasuk semua investasi Freeport di seluruh dunia.

Pria yang akrab disapa HT ini juga menyarankan agar pemerintah tidak memperpanjang kontrak dengan perusahaan ini dengan menasionalisasikannya demi kepentingan rakyat sesuai dengan amanat UUD 1945. HT menilai banyak keuntungan yang bisa diambil jika pemerintah menasionalisasikan PT Freeport, salah satunya dengan membangun infrastruktur dan membuka lapangan kerja untuk rakyat miskin yang di tahun 2015 makin bertambah jumlahnya.

Fuad Bawazier

Fuad yang notabene Mantan Menteri Keuangan era Soeharto ini menyarankan kepada pemerintah untuk berpikir berulang kali jika mau menerima saran dari PT Freeport Indonesia ini. Sebab saat ini saham perusahaan induk Freeport di AS sudah tidak memiliki nilai lagi di mata dunia internasional. Menurutnya jika pemerintah tidak memperpanjang kontrak PT Freeport Indonesia, maka harga saham perusahaan tersebut hanya seharga tisu toilet.

Arief Poyuono

Ketua Umum Serikat Pekerja BUMN Arief Poyuono mengatakan pemerintah harus belajar Kasus Enron Corp, perusahaan gas alam Amerika Serikat yang 2001 mengumumkan membukukan pendapatan hingga USD 100 miliar, secara tiba tiba bangkrut pada 2002 karena adanya manipulasi laporan Keuangan dengan tujuan investor tetap percaya dan tertarik terhadap Saham Enron. Bukan tidak mungkin, lanjut Arief, Freeport Indonesia juga akan melakukan hal serupa Enron. Yakni, membuat laporan keuangan menguntungkan dan mengklaim masih memiliki banyak kandungan mineral di tambangnya.

Harus diingat Freeport itu perusahaan Tambang yang produksinya bergantung pada kandungan yang ada dan akan habis pada waktu tertentu artinya dari tahun ke tahun keuntungan Freeport akan terus berkurang.

Satya W. Yudha

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline