Lihat ke Halaman Asli

AGUS WAHYUDI

TERVERIFIKASI

setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Kisah Henny Maspaitella Ringkus Tiga Pencopet

Diperbarui: 4 September 2019   12:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Henny Maspaitella.foto:medcom.id 

Enam pelari berebut terdepan menapaki tribun Gelora 10 Nopember Tambaksari, Surabaya Teriakan keras mereka terdengar penuh bersemangat. Pagi itu, suasana latihan terasa menyenangkan. Semua saling melempar sindiran, akrab. Yang kalah cepat memberi acungan jempol kepada yang terdepan.

Di pinggir tribun, dekat pagar pembatas penonton VIP, seorang perempuan berdiri dengan peluit dan stopwatch di tangan. Sesekali ia berteriak, menyeru agar para pelari meningkatkan kecepatan. Dia takzim mengamati atlet-atlet binaannya.

Perempuan itu, Lourina Henriette Maspaitella, karib disapa Henny Maspaitella. Bukan kebetulan Henny Maspaitella berada di lapangan. Dalam sepekan bisa 4 hingga 5 hari Henny mendampingi atlet binaannya. Selain di Gelora 10 Nopember Tambaksari, dia juga melatih atletnya di lapangan KONI Jatim, Universitas Negeri Surabaya, dan Gelora Delta Sidoarjo.

Latihan, bagi Henny, merupakan rutinitas hidup. Tiap hari, dia bisa melakukan dua sesi latihan, pagi dan sore hari. Setiap sesi berlangsung dua jam. "Kita tidak mungkin menorehkan prestasi bagus tanpa latihan memadai. Apalagi di atletik. Sulit kalau prestasinya hanya sedang-sedang saja. Kalau dihitung, berapa banyak atlet atletik sekarang? Apa mereka juga dikenal masyarakat? " ujar Henny. 

Di setiap latihan, Henny menerapkan disiplin tinggi. Dia tak suka lihat anak buahnya berleha-leha. Cengeng, ngaleman. Terlebih, ada anak buahnya yang tidak menghargai waktu. "Bagi saya, bukan waktu yang mengatur kita, tapi kita yang atur waktu," cetus 

Henny biasa bersikap otoriter dalam latihan. Ia bisa marah kalau ada atletnya ceroboh. Makanya, sesi demi sesi dalam latihan, ia selalu memusatkan perhatikan. Matanya tak pernah berhenti bergerak, mengamati anak-anak didiknya berlatih. Kalau ada dianggap tak pas, Henny langsung berteriak. Suaranya  melengking bisa meluncur begitu saja. "Otoriter bagi saya perlu. Sejauh hal itu dilakukan demi peningkatan prestasi,"  ucap Henny.

Soal latihan, jelas Henny, ada beberapa hal yang harus dilakukan . Di antaranya persiapan umum untuk membentuk fisik, persiapan khusus yang sudah pada mengatur berat badan, kelenturan otot, dan persiapan kompetisi yang terfokus pada teknik. Kata dia, periodisasi ini sangat penting. Sebab, dengan begitu, atlet akan bisa membentuk kekuatan sekaligus karakternya.

Di kalangan pelatih olahraga, Henny tergolong modern. Dia selalu memanfaatkan teknologi untuk memantau perkembangan atlet binaannya. Dalam latihan, Henny biasanya membawa stylus pen dari sebuah perangkat personal digital assistant. Alat itu selalu dalam jepitan tangannya. Dengan gesit, ia memasukkan data capaian anak-anak asuhannya.

Kata dia, perkembangan teknologi informasi demikian cepat harus diikuti . "Sekarang ini mau tahu apa saja kan gampang. Tinggal masuk ke (jaringan) internet, terus klik. Namun, masih banyak juga yang harus berpegangan pada pengalaman ," jlentrehnya.

Di luar latihan, sosok Henny bisa berubah seratus delapan puluh derajat. Dia selalu menjadi sahabat yang baik anak didik saya. Henny terbiasa menjadi ibu dari anak-anak asuhnya. Bukan hanya terkait prestasi, perhatiannya bisa sampai pada hal-hal yang sangat pribadi.  "Sejujurnya, saya sangat senang mengamati karakter manusia," tutur wanita yang gemar membaca buku-buku psikologi dan biografi ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline