Lihat ke Halaman Asli

Agustinus Wahyono

TERVERIFIKASI

Penganggur

Pria-pria Pamer Perut

Diperbarui: 15 April 2018   18:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto diarak dengan bertelanjang dada usai Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/4/2018) dan direkam dalam video, dampaknya viral di media sosial. "Video tersebut membuktikan bahwa Prabowo masih bugar untuk mengikuti Pemilu Presiden 2019," kata Ketua DPP Gerindra Nizar Zahro.

"Klu ingin bangkit n jaya, RI butuh pemimpin spt Vladimir Putin : berani, visioner, cerdas, berwibawa, nggak byk ngutang, nggak planga plongo," cuit Fadli Zon di akun @fadlizon.

Fadli Zon memang berlatar studi Sastra Rusia Universitas Indonesia sehingga lumrah saja mengaitkan penampilan bertelanjang dada Prabowo dengan presiden Rusia yang beberapa kali terlihat hanya bertelanjang dada itu, termasuk saat Putin mengambil cuti sementara dan melakukan kegiatan yang berbau alam bebas, dan salah satunya tatkala Putin memancing dengan para pejabatnya dengan masih tetap mengenakan celana bergaya tentara.

Dalam perspektif anatomis yang pernah saya pelajari secara informal serta nalar arsitektural saya, maaf, postur Putin jauh lebih proporsional (atletis) dibanding Prabowo. Dengan tinggi 174 cm, perut Putin tidaklah buncit. Dengan bertelanjang dada ataupun memakai jas, kebugaran Putin sangat jelas.

Lalu, bagaimana dengan Prabowo? Pokoknya, berbeda sekali dengan Putin. Sekali lagi, pendapat saya berdasarkan perspektif anatomis-arsitektural. Di luar perspektif itu, saya tidak benar-benar tidak mengetahuinya.

Tapi, maaf, saya tidak perlu berimajinasi dengan postur Fadli Zon seandainya ikut bertelanjang dada, meskipun Zon mencuit lagi di akun Twitter resminya, @fadlizon, pada Sabtu, 14 April 2018, "Dua-duanya (Prabowo dan Putin) masih fit dan gagah. Saya enggak tahu kalau @jokowi. Perlu dicoba juga perlihatkan dadanya." Lebih baik saya melihat bunga anggrek daripada melihat Zon bertelanjang dada.

Patut saya catat, menjelang Pilpres 2019 inilah muncul aksi dan tantangan bertelanjang dada begitu. Saya juga tidak mengetahui, apalagi memahami, perihal budaya pria bertelanjang dada alias pamer puting di Rusia atau negara-negara Barat sana. Tetapi saya, yang biasa dengan budaya Timur, belum juga memahami batasan pria dalam berbusana, selain hal yang umum bahwa wanita wajib menutup auratnya.

Dada dan puting, dalam keterbatasan perspektif sosial ketimuran saya, adalah satu-kesatuan fisik yang 'gimana gitu'. Soal seberapa buncitnya, abaikan saja daripada mendadak kehilangan selera makan selama lebih 1 minggu. Tetapi, apakah pemahaman mengenai dada dan puting mengalami perbedaan batasan secara jender dan kultural tertentu sehingga skala sensitivitasnya juga berbeda?

Saya kurang memahami hal 'gimana gitu', kecuali yang bukan pada fisik pria. Barangkali Pembaca lebih memahami perihal dada dan puting antara pria dan wanita. Bolehlah memberi sedikit pencerahan untuk saya agar tidak gelap mata terhadap dada dan puting hingga tidak terjerumus dalam puting beliung komentar.

  

*******

 Panggung Renung -- Balikpapan, 14 April 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline