Lihat ke Halaman Asli

Agustinus Marjito

Saya adalah seorang pendidik sekolah dasar dan memiliki kecintaan pada dunia pendidikan anak-anak.

Growth Mindset, Pembelajaran Mendalam dan Skill Berpikir Kritis

Diperbarui: 23 September 2025   21:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(From https://www.clickvieweducation.com)

Akhir-akhir ini Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah, mengintroduksi perubahan pendekatan pembelajaran yang disebut pembelajaran mendalam. Salah satu unsur penting adalah Growth Mindsets yang diyakini akan mampu mendorong peserta didik menjadi pembelajar seumur hidup. Melalui pembelajaran mendalam diharapkan peserta didik mampu mengembangkan skill berpikir kritis. 

Pada tulisan ini ingin merefleksikan ketiga hal yang saya sebut dalam judul tadi yaitu Growth Mindset, pembelajaran mendalam dan skill berpikir kritis. Apa itu Growth mindsets? Bagaimana growth mindset berperan dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran mendalam?

Growth mindset, menurut Carol Dweck, merupakan kumpulan keyakinan dalam diri manusia bahwa kemampuan dan ketrampilan dapat kita kuasai dan kita kembangkan melalui usaha dan belajar terus. Kebalikannya adalah fixed mindset, yang melihat bahwa kemampuan manusia itu bersifat tetap dari lahir dan tidak dapat berubah. Usaha keras dilihat sebagai yang sia-sia saja. Orang dengan growth mindset melihat kesulitan sebagai tantangan yang harus ditaklukan dan dipecahkan, kegagalan adalah kesempatan untuk belajar hal yang baru. Sedangkan orang dengan fixed mindset melihat tantangan sebagai hal yang harus dihindari, karena jika seseorang gagal memecahkan masalah tersebut akan merasa bodoh dan tidak berdaya.

Keduanya berada dalam diri manusia, maka tinggal suara mana yang dominan kita dengarkan. Jika kita  mendengarkan suara-suara growth mindset maka kita menjadi orang dengan growth mindsets. Sedangkan jika kita banyak mendengarkan suara-suara fixed mindsets maka kita menjadi orang yang fixed mindset. Kabar baiknya adalah, hal ini dapat dilatih sehingga manusia bisa menggeser fixed mindset kepada growth mindset dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran mendalam yang diintroduksi oleh Kementrian Pendidikan dasar dan menengah, merupakan pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk terlibat dalam proses pemecahan masalah dan proses konstruksi pengetahuan yang dipelajarinya. Tentu dalam proses pembelajaran hal ini sangat menantang. Tantangan pertama ada dalam diri para Kepala Sekolah dan guru. Berpuluh-puluh tahun kita terbiasa dengan pembelajaran berbasis materi dan pendidikan yang menekankan hasil akhir. Karena itu yang penting adalah program materi kurikulum dapat diselesaikan sehingga anak-anak dapat menempuh ujian dan mendapatkan nilai yang baik. Banyak kali proses pembelajaran yang mendalam tidak terjadi, karena sebagian besar waktunya digunakan untuk menghafal materi yang mana itu merupakan surface learning saja. Bagaimana seorang guru dapat menggeser paradigma ini dan merangkul pendekatan pembelajaran mendalam yang menekankan proses dan keterlibatan siswa secara mendalam? Bagaimana seorang guru dapat mengkontekstualisasikan materi pembelajaran sehingga apa yang dipelajari oleh anak-anak sungguh-sungguh dekat dengan kehidupan dan minat anak-anak. 

Guru dan Kepala sekolah memerlukan pola pikir bertumbuh atau Growth mindsets untuk menggeser paradigma pembelajaran lama ke paradigma pembelajaran mendalam yang kita butuhkan di era digital sekarang ini. Guru dan Kepala Sekolah harus mampu keluar dari belenggu kurikulum dan zona nyaman lalu kemudian mengarahkan pandangannya kepada kebutuhan dan ketrampilan hidup masa depan yang dibutuhkan oleh anak-anak yang sedang belajar saat ini. Mereka membutuhkan kemampuan untuk memahami masalah-masalah konkret dalam kehidupannya dan mampu untuk memecahkan masalah demi kesejahteraan hidupnya sendiri dan masyarakt secara luas. Anak-anak perlu kita latih untuk menjadi agen-agen perubahan sosial dari lingkup yang paling kecil di kelas,di keluarga, di lingkungan bermainnya. Dan itu semua dapat dicapai dalam refleksi saya hanya dengan melaksanakan pembelajaran mendalam secara sungguh-sungguh dan konsisten. Proses pembelajaran didekatkan sedekat mungkin dengan konteks kehidupan para murid sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna bagi para murid, mudah dipahami, mengerti gunanya bagi kehidupan mereka.

Melalui latihan-latihan yang menantang para murid dilatih untuk melihat kesulitan sebagai tantangan untuk dipecahkan, sehingga mereka terdorong untuk mencari banyak informasi guna memecahkan tantangan dan kesulitan tersebut. Guru dan Kepala sekolah perlu untuk mendesign pembelajaran dan kurikulum yang sungguh-sungguh relevan dengan kebutuhan anak-anak saat ini, dan tidak hanya mengulang-ulang sesuatu yang lama. Tentulah masih ada aspek-aspek pokok yang tidak boleh diubah, seperti nilai-nilai dasar yang ada di sekolah. Anak-anak perlu diberikan latihan agar mereka memiliki mental yang kuat dan tidak mudah menyerah. Dan yang paling penting juga bahwa proses pendidikan yang ada di sekolah harus menolong anak-anak menemukan jati dirinya, sehingga mereka menjadi percaya diri bahwa mereka mampu dan memiliki kapasitas untuk terus bertumbuh menjadi pembelajar seumur hidup.

Selanjutnya, secara khusus kita refleksikan kemampuan berpikir kritis di era digital sekarang ini. Kemampuan belajar sepanjang hayat sangat penting disertai dengan kemampuan berpikir kritis. Dunia digital yang memungkinkan kita dan generasi muda untuk terhubung dengan pusat-pusat informasi seperti Internet, media sosial, chat-GPT dan masih banyak platform media yang lain. Di sana kita dan generasi muda secara instan dapat mengakses informasi yang tidak terbatas. Begitu besarnya banjir informasi yang kita hadapi sekarang ini memerlukan kemampuan untuk secara kritis memilih dan memilah. Jika kemampuan berpikir kritis ini tidak ada kita akan dengan mudah terjerumus dalam berita-berita palsu.

Mudahnya mendapatkan informasi secara instan ini melemahkan kemampuan berpikir Kritis kita sebagai manusia. Kita dan generasi muda kita menjadi tidak terbiasa untuk mengolah informasi, karena kita dengan mudah mendapatkannya melalui platform internet, Chat-GPT dan lain-lain. Pikiran kita dan pikiran anak-anak tidak terbiasa lagi untuk memproses informasi secara mendalam, karena begitu kita klik, informasi yang dibutuhkan ada di depan mata. Itu dari sisi proses mendapatkan informasi sudah melemahkan daya kritis pikiran manusia. Disinilah peran pentingnya proses pembelajaran yang di design sedemikian rupa agar terjadi proses berpikir dalam mencari dan mendapatkan informasi.

Proses pembelajaran yang mendalam yang mampu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis ini, bisa berjalan dengan baik ketika para pelaku pembelajaran yaitu Guru, Kepala Sekolah, dan para murid memiliki Growth mindsets. Dengan growth mindset maka mereka akan mengupayakan hal-hal yang membutuhkan usaha, dan tidak jatuh pada hal-hal instan yang melemahkan kemampuan manusia untuk berpikir kritis dan inovatif guna memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline