Lihat ke Halaman Asli

Agustino Pratama

Desainer Grafis dan Bangunan, Konten Kreator, serta Penulis Amatir yang mood nya naik turun

Ketika Persahabatan Menjadi Sebuah Alasan

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dulu kita sahabat, teman begitu hangat, mengalahkan sinar mentari" Begitulah sedikit cuplikan dari lagu Sindentoska berjudul "Kepompong".

Persahabatan, memang sebuah hubungan antara dua orang yang saling percaya, saling mengerti, saling menghargai, pokoknya saling membutuhkan satu sama lain, dan saling mengisi. Sebuah hubungan dimana ada kenyamanan saat dua orang atau lebih, bersama.

Hangatnya persahabatan memang mengalahkan hangatnya sinar mentari. Karena persahabatan memberikan kehangatan tersendiri bagi kehidupan. Saat kita sedih, sahabat bisa  menjadi obat paling mujarab yang bisa  mengobati kesedihan kita. Saat kita merasa kesepian, sahabat bisa jadi menjadi seseorang yang akan membuat kita merasa dimengerti, disayangi, dan juga dipedulikan. Saat kita bermasalah, sahabat bisa menjadi seseorang yang akan berusaha ada untuk membantu menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Sahabat, adalah segalanya. Mungkin itu ungkapan yang tepat.

Namun, suatu ketika hubungan persahabatan bisa jadi menimbulkan sebuah masalah yang membuat kita merasakan suatu dilema. Dimana dalam hubungan persahabatan itu tumbuh perasaan lain yang sering disebut Cinta.

Cinta akan merubah hubungan itu menjadi sebuah bentuk lain yang bisa menyenangkan atau mungkin justru menyedihkan. Perasaan cinta itu bisa membuat hubungan itu menjadi semakin dekat, atau justru menghancurkannya.

Hubungan itu akan semakin dekat ketika perasaan itu saling dirasakan. Namun justru akan menghancurkan jika perasaan itu hanya bertepuk sebelah tangan.

Ironisnya, cinta yang bertepuk sebelah tangan itu terkadang menjadikan persahabatan sebagai sebuah alasan. Aku lebih nyaman jadi sahabat kamu, Aku hanya ingin menjadi teman baik kamu, kita berteman saja,  dan mungkin masih banyak lagi kalimat yang digunakan untuk menolak perasaan cinta seseorang yang tak terbalaskan.

Bukan sebuah kesalahan jika menjadikan persahabatan sebagai alasan. Tentunya jika apa yang dikatakan itu benar-benar dilakukan. Namun, terkadang seseorang yang sudah mengatakan kalimat itu akan mulai menunjukkan sikap yang berbeda, mulai membatasi hubungan, bisa jadi mulai menjauhi orang yang pernah mengatakan cinta padanya.

Bukankah sahabat saling mengerti? Tentunya jika kita tahu orang yang kita bilang ingin kita jadikan sahabat, ternyata mempunyai perasaan cinta pada kita, harusnya kita bisa lebih dewasa dalam menyikapinya. Berubah, menjauh, membatasi hubungan bukanlah sebuah keputusan yang tepat. Mungkin kita berfikir, dengan menjauh dan membatasi hubungan akan mengurangi perasaan itu atau mungkin akan menghilangkannya. Lalu bagaimana jika dengan hilangnya perasaan itu hilang juga hubungan persahabatan diantara kita dan orang itu? Dan tentunya pikirkan juga perasaan orang itu. Dengan menjauhi dan membatasi hubungan kita dengannya maka kita pun membunuh harapannya. Karena dia bukan hanya tidak bisa mencintai kita sebagai seseorang yang istimewa (pacar), tapi dia tidak bisa memberikan kasih sayang pada kita, orang yang dicintainya, sebagai sahabat.


“Jika sahabatmu sendirilah yang ternyata suka sama kamu, dan ingin bersamamu kapanpun dan dimanapun, gimana reaksimu? apakah kau mau membunuh perasaannya? dia sahabatmu! apakah kamu mau menjaga perasaannya? gak mungkin! apakah kamu akan menjauhinya? sekali lagi, DIA SAHABATMU! kamu mau nyakitin perasaannya? berarti kamu GAGAL jadi SAHABATNYA!" - Shafira Audreyna.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline