Lihat ke Halaman Asli

Agustina Purwantini

TERVERIFIKASI

Kerja di dunia penerbitan dan dunia lain yang terkait dengan aktivitas tulis-menulis

Mari Viruskan Gerakan #JanganTakutBerbagi

Diperbarui: 30 Maret 2019   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

TEMPO hari, 25 Maret 2019, saya berkesempatan hadir di sebuah acara keren yang bertempat di Mezzanine Eatery and Coffee.  Penyelenggaranya Dompet Dhuafa pusat yang bekerja sama dengan Dompet Dhuafa DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta). Acaranya adalah launching Gerakan Jangan Takut Berbagi. 

Sesuai dengan namanya, gerakan tersebut bertujuan mengajak semua orang untuk berani berbagi. Ya, penekanannya pada "sikap berani". Itulah sebabnya tagline yang diusung adalah #JanganTakutBerbagi 

Jangan takut berbagi apa? Mesti berani berbagi apa? Kalau tak punya uang atau barang untuk dibagi, bagaimana? Bukankah Dompet Dhuafa merupakan lembaga nirlaba yang berkhitmat untuk mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ZISWAF (zakat, infak, sedekah, wakaf, serta dana lainnya yang halal dan legal)? Jadi gerakan berbagi yang dimaksudkan tentunya berbagi materi (harta benda) kepada mereka yang berkekurangan (membutuhkan).

Eit!  Tunggu dulu. Benar bahwa Dompet Dhuafa senantiasa mengajak umat Islam Indonesia untuk mengeluarkan ZISWAF. Akan tetapi, Gerakan Jangan Takut Berbagi ternyata bermakna lebih luas daripada itu. 

Yang dimaksud "berbagi" dalam #JanganTakutBerbagi adalah  berbagi apa saja. Tak melulu berbagi materi (harta benda). Selain mengajak untuk gemar berbagi materi, Gerakan Jangan Takut Berbagi juga mengajak untuk gemar berbagi hal-hal nonmateri. Misalnya berbagi motivasi dan inspirasi, berbagi ilmu, berbagi keterampilan, berbagi potensi, berbagi pemikiran, berbagi informasi penting, dan berbagi konten positif di dunia maya. 

Ibu Suci Kadarsih, perwakilan dari Dompet Dhuafa pusat, menyatakan bahwa Dompet Dhuafa ingin menjadikan Gerakan Jangan Takut Berbagi sebagai gaya hidup masyarakat. Itulah sebabnya gerakan tersebut mesti diviruskan ke semua kalangan. Tidak di kalangan berpunya saja. Sebab sesungguhnya, berbagi bisa dilakukan oleh siapa saja dalam bentuk apa saja. Tentu sesuai dengan kondisi masing-masing. 

Jadi, mengapa mesti takut untuk berbagi? Toh berbagi bisa dilakukan sekarang juga. Tak perlu menunggu kaya dan berlebih. 

Sementara itu Pak Bambang Edi Prasetyo, Direktur Dompet Dhuafa Yogyakarta, menegaskan bahwa Gerakan Jangan Takut Berbagi ingin mengajak semua orang untuk bersinergi dalam kebaikan. Saling memberi dan saling melengkapi demi tercapainya suatu kesuksesan. Kalau bisa melakukan kebaikan bersama-sama, mengapa mesti melakukannya sendirian? Jika dapat saling memberikan manfaat dengan cara bersinergi, mengapa mesti berjalan sendiri-sendiri? 

Sekarang adalah zaman kolaborasi. Era berbagi. Bukan lagi zamannya single fighter. Berjamaah is the best. 

Pak Bambang juga mengatakan bahwa pada dasarnya masyarakat Indonesia itu baik hati dan suka menolong. Buktinya ketika ada bencana alam, penggalangan dana bantuan serta-merta segera dilakukan. Namun sedikit disesalkan, potensi zakat masyarakat Indonesia belum tergali maksimal. Maka diharapkan, Gerakan Jangan Takut Berbagi kelak bisa mendongkrak potensi itu. 

Perlu diketahui bahwa potensi zakat yang tergali maksimal, manfaatnya akan besar sekali untuk masyarakat. Terlebih bila zakat terkumpul melalui lembaga semacam Dompet Dhuafa. Mengapa demikian? Sebab pada umumnya, zakat yang terkumpul dari muzaki (orang yang berzakat) akan dikelola dan disalurkan ke mustahik (penerima zakat) dengan cara produktif. Demi tujuan utama: memotong rantai dhuafa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline