Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Administrasi - Kerja di dunia penerbitan dan dunia lain yang terkait dengan aktivitas tulis-menulis

Founder #purapurajogging

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mari Viruskan Gerakan #JanganTakutBerbagi

30 Maret 2019   23:04 Diperbarui: 30 Maret 2019   23:09 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mustahik tak sekadar diberi ikan, tapi justru diberi kail untuk mencari ikan sendiri. Kelak bila berhasil mandiri sebab mampu memperoleh banyak ikan, ia diharapkan bersedia menjadi muzaki. Inilah program M3 (Mustahik Move to Muzaki) yang telah dijalankan oleh Dompet Dhuafa. 

Sudah berhasilkah program M3 tersebut? Mungkin masih butuh waktu panjang untuk dapat dikatakan 100 persen berhasil. Namun setidaknya Mas Alan Efendhi, salah seorang Penerima Manfaat Program Pemberdayaan Ekonomi Dompet Dhuafa, bisa menjadi contoh sukses. 

Mas Alan, yang kini menjadi tokoh pemuda penggerak di Gunungkidul, adalah seorang pembudidaya tanaman lidah buaya (aloe vera) . Dengan bantuan materi dan nonmateri dari Dompet Dhuafa, ia kemudian sukses mengolah hasil budidayanya itu menjadi aneka produk layak jual. Di antaranya minuman, dodol, dan keripik. 

Sudah pasti Mas Alan tak sendiri. Ia menggandeng ibu-ibu rumah tangga di sekitar rumahnya untuk sukses juga sebagai pembudidaya lidah budaya. Alhasil, mereka mampu berkontribusi secara ekonomi untuk keluarga masing-masing. Keren 'kan? 

Seusai Mas Alan berbagi cerita dan sampel produk keripiknya, kami rehat untuk sholat zuhur dan makan siang. Setelahnya kami ramai-ramai berkunjung ke Rumah Susu Merapi yang berlokasi di Cangkringan. Lumayan jauh juga dari Mezzanine meskipun masih sama-sama termasuk Kabupaten Sleman. 

Rumah Susu Merapi pun merupakan contoh sukses usaha produktif binaan Dompet Dhuafa. Dari yang semula 10 ekor sapi perah, kini menjadi 200 ekor. Dari yang dulunya menghasilkan susu segar kurang dari 20 liter per hari, kini menjadi 900-1200 liter per hari. 

Tentu setelah sekian tahun. Setelah para pendamping dari Dompet Dhuafa mampu mengubah mindset warga desa (para peternak binaan). Yakni dari mindset peternak sapi potong menjadi peternak sapi perah. Demikian pula, setelah para peternak binaan Dompet Dhuafa itu mampu menaklukkan segala rupa kesulitan yang menghadang. Yeah, hasil memang tak pernah mengkhianati proses 'kan? 

Beruntunglah saya sebab Dompet Dhuafa sudi berbagi kesempatan kepada saya untuk hadir di acara launching tersebut. Alhasil, saya menjadi lebih paham tentang Dompet Dhuafa. Terkhusus tentang Gerakan Jangan Takut Berbagi dan program M3-nya. Semoga kelak saya berkesempatan hadir lagi di acara-acara Dompet Dhuafa lainnya. 

Ngomong-ngomong, tulisan ini pun sebuah upaya saya untuk berbagi. Yakni berbagi informasi bagus dan penting. Nah, lho. Terbukti 'kan bahwa berbagi itu mudah? Jadi, mengapa mesti takut untuk berbagi? Toh berbagi bisa dilakukan sekarang juga. Tak perlu menunggu kaya dan berlebih. Kalau begitu, mari kita segera berbagi.

Saya menjadi teringat pada perkataan Kahlil Gibran, "Berikanlah sekarang. Selagi musim memberi belum lewat bagimu."

Hmm. Meskipun perkataan Kahlil Gibran tersebut tidak dalam konteks ZISWAF, rasanya kok relevan dengan Gerakan Jangan Takut Berbagi. Iya 'kan? 

Salam,

Tinbe Jogja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun